Minggu, 13 November 2011

Kanssas, I Miss You! Slideshow Slideshow

Kanssas, I Miss You! Slideshow Slideshow: TripAdvisor™ TripWow ★ Kanssas, I Miss You! Slideshow Slideshow ★ to Jakarta. Stunning free travel slideshows on TripAdvisor

Kamis, 03 November 2011

Secuil dari Radical Christian Writings

Secuil dari Radical Christian Writings
ditulis untuk buletin Mercusuar, GKI Kemang Pratama

            Tema yang diusung Mercusuar kali ini adalah Read, Pray, Love. Ada beberapa pertanyaan yang mencuat dalam diri saya ketika redaksi menyampaikan tema itu melalui sebuah pesan elektronik singkat. Membaca apa? Berdoa kepada siapa dan tentang apa? Mencintai apa dan siapa?
            Pertanyaan-pertanyaan itu terjawab ketika saya membaca sebuah buku yang berjudul Radical Christian Writings. Buku ini memang tidak memberikan jawaban yang bercorak kognitif dan sistematis terhadap pertanyaan-pertanyaan saya. Buku ini memberikan jawaban-jawaban terhadap pertanyaan itu melalui berbagai kisah hidup dan buah tulisan radikal dari 62 orang Kristen dari berbagai belahan tempat dan waktu.
            Orang-orang Kristen radikal yang dimaksud di sini bukanlah orang Kristen radikal yang berjiwa seperti teroris dan suka meneror dengan bom. Yang dimaksud dengan radikal di sini adalah berani menjadi garam dan terang dunia. Mereka berani menjadi contoh bagi dunia. Tulisan, perkataan dan perbuatan mereka diinspirasikan oleh Injil Kristus. Injil Yesus Kristus menawarkan tantangan yang radikal dan subversif  bagi dunia. Oleh karena itu, seringkali tindakan, perkataan dan perbuatan mereka bertentangan dengan nikmat dunia. Hal ini sebenarnya bukanlah hal yang baru karena jemaat di Tesalonika pun sudah menyadari hal ini. Mereka menyadari bahwa orang-orang Kristen bertindak seperti Kristus dan bertindak melawan kekuasaan Kaisar, dan membalikan sesuatu yang dipandang “wajar” di dunia (Kisah Para Rasul 17:6).           
Saya akan menceritakan secuil kisah hidup dan tulisan dari dua orang Kristen yang mungkin akan menginspirasikan Anda untuk membaca buku ini lebih lanjut. Kisah yang pertama adalah tentang Elizabeth Cady Stanton. Perempuan kelahiran tahun 1815 ini memimpin kampanye anti pembudakan dan menyuarakan hak asasi perempuan di Amerika Serikat. Kecintaannya terhadap Injil Kristus membantunya untuk berpikir kritis dan mengecam hal-hal yang tidak sesuai dengan Injil Kristus yang terjadi pada zamannya. Ibu dari tujuh anak ini menjadi penggerak pertama di balik konvensi hak asasi perempuan di Amerika Sertikat.
Pada masa ketika Stanton hidup, hukum kanon, hukum sipil, gereja dan negara, imam dan legislator, beserta seluruh partai politik telah mengajarkan bahwa perempuan diciptakan setelah laki-laki. Oleh karena itu perempuan merupakan makhluk yang inferior dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan dianggap membawa dosa dan kematian di dalam dunia. Ternyata, Alkitab dapat ditafsirkan melalui cara yang sangat diskriminatif terhadap perempuan.
Stanton tidak setuju dengan penafsiran tersebut. Menurutnya, perempuan memiliki hak asasi untuk bersuara dan memilih. Stanton menulis The Woman's Bible, yang berisi interperetasi Alkitab dari sudut pandang perempuan. Buku ini juga menjadi sebuah bentuk upaya re-interpretasi terhadap teks-teks Alkitab yang pada zaman itu digunakan untuk menindas, membungkam dan memarjinalkan perempuan. Menurutnya, Alkitab berisi pesan kesetaraan di antara sesama manusia.
Sampai akhir hayatnya di tahun 1902, apa yang ia impikan belum tercapai. Namun, kampanye dan apa yang ia suarakan baru berdampak setelah kematiannya.  Sampai tahun 1990-an buku yang ia tulis hilang dari peredaran. Namun, pemikirannya pada saat ini –jauh begitu lama setelah kematiannya- banyak mempengaruhi para teolog feminis kontemporer.
Tokoh kedua yang akan saya ceriterakan kisahnya adalah Oscar Romero. Romero adalah orang yang sangat vokal dalam menyuarakan hak orang miskin dan menentang penindasan yang terjadi pada zamannya. Uskup dari El Savador kelahiran tahun 1917 ini bersama-sama tinggal dengan orang miskin di San Salvador.
Ia mengajak gereja untuk bangun dari mimpinya dan bergumul bersama-sama dengan orang yang tertindas. Dalam tulisannya ia menuliskan buah pemikirannya. Katanya, “Banyak orang yang tertindas dan mengalami penindasan sistematis dari pihak yang berkuasa. Banyak penguasa yang bersikap tidak adil.  Para penguasa bahkan rela menjual orang miskin demi sepasang alas kaki. Pengadilan pun tidak bertaring dan tidak memberikan jawaban atas penindasan yang mereka alami.Gereja harus berani berjuang bagi mereka yang tertindas, walaupun karena itu gereja harus siap mengalami penganiayaan. Sama seperti Yesus, dia juga dianiaya karena membela orang yang tertindas.” Ternyata perkataannya terbukti, ia membuktikan bahwa dirinya siap menderita karena membela orang miskin. Dia mati ditembak pada usia 63 tahun, saat ia sedang memimpin misa.
            Walaupun orang-orang hidup dalam berbagai waktu dan konteks, kita dapat melihat bahwa orang-orang diinspirasikan oleh Kristus melalui membaca Alkitab. Namun, hal yang dapat disimpulkan dari buku ini adalah bahwa kita tidak bisa memisahkan Alkitab dari konteks. Pembacaan Alkitab harus dikorelasikan dengan konteks yang kita hadapi. Bagaimana kita menjadi garam dan terang di dalam dunia ini? Pembacaan Alkitab yang mendalam menginspirasikan kita untuk mencintai Allah, sesama dan dunia. Karena itu, orang Kristen harus menjadi garam dan terang yang memberi rasa dan menjadi penerang. Allah adalah Allah yang hadir dalam sejarah dan kita juga dipanggil untuk menjadi rekan sekerja Allah dalam melaksanakan misi Allah di tengah-tengah konteks yang kita hadapi. Buku ini sangat memberikan inspirasi bagi kita untuk mulai: read, pray, love! Oleh karena itu, menurut saya, buku ini layak untuk dibaca oleh para pembaca! Selamat membaca lebih lanjut, masih ada puluhan tulisan dan biografi para tokoh Kristen yang menarik di sepanjang sejarah Kekristenan!