Jumat, 20 Januari 2012

YESUS: ALLAH YANG TAK DAPAT DIJILAT (Markus 1:21-28)

Kita tentu pernah mendengar moto ABS, alias “Asal Bos Senang”. Moto ABS seringkali dianut oleh para pekerja yang senang menjilat pemimpinnya. Para pekerja ini senang ketika melihat pemimpin yang tidak tanggap terhadap kondisi yang sebenarnya. Mereka akan memuji pemimpinnya walaupun tindakkan yang dilakukan atasannya keliru. Para pekerja ini akan semakin senang jika pemimpinnya terbuai oleh jilatan mereka. Tentunya tidak akan ada anak buah yang suka menjilat jika atasannya tidak mau dijilat. Sayangnya, banyak pemimpin yang tidak tahan dijilat. Orang yang mau dijilat adalah orang yang mau berkompromi dengan kejahatan.

Tuhan Yesus pun pernah dijilat. Ia bahkan dijilat oleh iblis. Pada saat itu, Tuhan Yesus sedang mengajar di Kapernaum. Banyak orang yang merasa takjub ketika mendengar pengajaran-Nya, karena Ia mengajar dengan penuh kuasa. Tiba-tiba ada seorang yang kerasukan roh jahat. Roh jahat yang ada dalam dirinya tiba-tiba berteriak dengan lantang. Salah satu teriakan roh itu adalah, “Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.”

Saya membayangkan pada saat itu orang-orang mungkin tercengang karena roh jahat sekalipun mengaku bahwa Yesus adalah Yang Kudus dari Allah. Sebenarnya Tuhan Yesus bisa saja terjebak dan terbuai dengan jilatan atau pujian dari si iblis yang licik itu. Namun, Tuhan Yesus tidak terlena dengan jilatan si Iblis. Tuhan Yesus langsung menghardik si Iblis karena Ia tidak mau berkompromi dengan si iblis. Ia tidak mau memberi tempat bagi kuasa jahat yang ingin menghancurkan manusia yang dikasihi-Nya. Sikap-Nya ini menunjukkan bahwa Tuhan Yesus adalah Anak Allah yang sejati. Sungguh terbukti bahwa Yesus lebih dari sekadar guru, nabi dan imam yang dapat terbuai dengan pujian semu. Saudara, dalam kehidupan sehari-hari kita seringkali berjumpa dengan orang-orang yang melakukan berbagai intrik untuk menyeret kita untuk berkompromi dengan dosa. Namun bagaimana kita menghadapinya? Apakah kita seperti para pemimpin yang mudah dijilat dan lupa akan tugas utamanya? Ataukah kita sudah berada dalam posisi sebagai pengikut Kristus yang tidak mau dijilat dan diseret ke dalam dosa? Mari kita mengikuti teladan Kristus, Tuhan kita, yang tidak dapat dijilat dan tidak dapat berkompromi dengan si jahat.

Minggu, 08 Januari 2012

TERANG YANG MEMBERI KEBERANIAN BERSAKSI

Minggu, 8 Januari 2012
Efesus 3:7-12    
               
                Di internet, ada sebuah artikel yang berjudul 10 Ilmuwan yang Bunuh Diri karena Putus Asa. Salah satu ilmuwan yang bunuh diri adalah Edwin Amstrong, penemu gelombang radio FM. Ia menggagas penelitiannya sejak ia menuntut ilmu di universitas. Pada tahun 1914 ia mendapatkan hak paten atas penemuannya. Kendatipun demikian, pada usia 63 tahun ia bunuh diri dengan melompat dari apartemennya di lantai 13. Ia bunuh diri karena ia putus asa dan frustasi. Ia kehilangan semangat untuk berkarya karena ia tidak tahan dengan cercaan banyak orang yang meremehkan gagasannya. Selain itu, ada pihak yang menganggap bahwa gagasannya akan menghancurkan radio AM.
Edwin Amstrong adalah tipe orang yang tidak mampu meneruskan karyanya ketika harus menghadapi situasi sulit. Edwin Amstrong berbeda dengan Paulus, yang berani bersaksi dan berkarya walaupun ia diterpa kesulitan dan penderitaan. Tuhan menginginkan kita untuk mengikuti teladan Paulus yang berani bersaksi walaupun dihimpit penderitaan. Mari kita menyelami Firman Tuhan melalui pendalaman Alkitab hari ini.

Pendalaman Teks Alkitab
·         Pada saat itu, Paulus berada di dalam penjara. Apa yang Paulus rasakan saat itu? (Ef. 3:12)
·         Di tengah kondisinya saat itu, hal-hal apa sajakah yang Paulus lakukan? (Ef. 3: 8)

Renungan
Pada saat surat ini ditulis, Paulus sedang menjadi tahanan rumah untuk menunggu pengadilan yang akan dilakukan di hadapan kaisar Nero. Orang yang dipenjara pasti merasa menderita dan tidak bebas karena kegiatannya selalu diawasi oleh para prajurit Romawi.
                Satu hal yang kita dapat pelajari dari Paulus adalah ia tidak melihat penderitaannya sebagai halangan untuk mengakhiri hidupnya atau pun lari dan menyangkali Tuhan. Ia memiliki cara pandang yang berbeda terhadap penderitaan itu. Dengan rendah hati, ia menghayati penderitaan itu sebagai sarana untuk mengabarkan Injil kepada orang-orang non-Yahudi yang belum mengenal Kristus (Ef.3:8). Oleh karena itu, di tengah-tengah penderitaannya, rasul Paulus mendapatkan kekuatan dari Allah untuk tetap bertahan dan berkarya. Paulus berani bersaksi karena ia yakin bahwa Allah akan memeliharanya di tengah-tengah penderitaan itu.
                Saudara, menjadi pengikut Kristus bukanlah suatu hal yang mudah karena kita harus mengikuti teladannya-Nya dalam kondisi suka maupun duka. Mungkin kita akan mendapatkan hinaan dan tekanan di lingkungan kita ketika kita berupaya memancarkan terang Allah dengan hidup benar. Beranikah Saudara setia memancarkan kasih Kristus melalui tindakan kita dalam hidup sehari-hari, walaupun dalam situasi bahaya dan derita? Untuk menghayatinya, mari bernyanyi dari NKB 213, Kita Sudah Ditebus Oleh-Nya, bait ke-2.

Waktu suka atau waktu duka,
walau badai datang melandamu;
Janganlah jemu melayaniNya,
sanjung Rajamu!
Refrein: Mari bawa padaNya segenap talentamu
serta hidup mengikuti firmanNya!
Taat dan setialah walau sukar jalanmu,
hidup kudus agar kasihNya pun nyatalah!

“Ukuran sebenarnya dari seorang manusia bukan pada bagaimana ia bertindak saat ada dalam zona nyaman melainkan pada saat ia menghadapi tantangan.” (Martin Luther King)

TERANG YANG MERUNTUHKAN TEMBOK PEMISAH

Sabtu, 7 Januari 2012
Efesus 3:1-6

                Arek-arek Suroboyo pasti tahu stadion Gelora 10 November. Gelora 10 November biasa dipakai untuk pertandingan sepakbola. Namun, Gelora 10 November ini bisa berubah “fungsi” menjadi “ring tinju” antara suporter bola, khususnya ketika diadakan pertandingan antara Persebaya dan Arema Malang.
Fenomena ini menunjukkan ada banyak tembok pemisah dalam kehidupan kita. Tembok pemisah ini tidak hanya antara Bonek dan Arema. Tembok pemisah juga dapat muncul karena perbedaan usia, jenis kelamin, suku, agama dan lain sebagainya. Tembok pemisah ini seringkali membuat manusia saling membenci dan enghancurkan karena manusia seringkali diracuni oleh sikap eksklusif dan merasa paling benar. Ia merasa kelompoknya adalah yang paling berharga dan kelompok lain tidak berharga. Sikap-sikap seperti inilah yang mendorong terjadinya permusuhan antar kelompok masyarakat. Pertanyaannya, apa yang Tuhan ajarkan kepada kita untuk menghadapi berbagai tembok pemisah ini? Mari mendulang makna melalui Pendalaman Alkitab berikut ini!

Pendalaman Teks Alkitab
·         Apa tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah kepada Paulus? (Ef.3: 2&6)
·         Siapa saja yang berhak menjadi ahli waris kerajaan Allah? (Ef.3:6)

Renungan
Pada masa itu, orang Yahudi bersikap eksklusif. Mereka menganggap bahwa orang non-Yahudi tidak layak dan tidak berhak untuk menjadi ahli waris kerajaan Allah. Mereka merendahkan orang non-Yahudi. Mereka bahkan tidak mau makan bersama-sama dengan orang non-Yahudi.
                Dalam rangka menyikapi kondisi tersebut, Paulus menyampaikan suatu berita yang mengejutkan. Dalam ayat yang ke-6, Paulus mengatakan bahwa karena berita Injil, orang non-Yahudi berhak menjadi ahli waris Kerajaan Allah dan menjadi anggota dalam kesatuan tubuh Kristus. Ini berarti bahwa Injil Kristus meruntuhkan “tembok pemisah” antara orang Yahudi dan non-Yahudi. Tentu saja, berita ini menjadi sebuah berita yang mengejutkan bagi orang Yahudi yang sangat eksklusif.
                Paulus sendiri mengaku bahwa karena anugerah Allah, dirinya diutus untuk menyampaikan berita yang mengejutkan ini. Ia meyakini dirinya diutus Allah untuk menyampaikan rahasia Allah yang ingin merajut kedamaian di antara umat manusia. Rahasia itu berisi berita tentang kehadiran Kristus sebagai pemersatu dunia. Maksudnya, Kristus telah menghancurkan tembok pemisah antara orang Yahudi dan non-Yahudi.
                Pada saat ini Paulus sudah tidak ada, namun kitalah yang bertugas menjadi penerus berita yang disampaikan oleh Paulus. Dalam kehidupan ini, kita dipanggil untuk menjadi pembawa damai dan bukan menjadi perusuh. Bangga terhadap tim sepak-bola yang kita dukung, bangga menjadi suku tertentu, bangga terhadap adat istiadat suku kita, serta bangga terhadap agama kita  bukanlah hal yang salah. Namun kebanggaan itu akan menjadi tidak sehat ketika kita merasa paling hebat dan menjadi arogan sehingga merendahkan kelompok lain bahkan membangun tembok pemisah.             Tuhan memanggil kita untuk menyaksikan Sang Terang yang meruntuhkan tembok pemisah dalam kehidupan sehari-hari. Semoga kita senantiasa bersemangat seperti Paulus dan tak jemu-jemu menyaksikan Sang Terang yang menghancurkan tembok pemisah itu. Selamat bersaksi!

“Allah adalah Allah yang menciptakan keberagaman. Kedamaian hadir ketika kita menghargai keberagaman yang diciptakan Allah”

TERANG YANG BERPIHAK KEPADA KAUM LEMAH & TERTINDAS

Jumat, 6 Januari 2012
Mazmur 72:10-14
               
                Apakah Saudara mengetahui siapa Oscar Romero? Romero adalah seorang uskup dari San Salvador. Ia hidup ketika terjadi penindasan sistemik dari para penguasa terhadap wong cilik.  Romero melihat kehidupan yang sungguh ironis: Gereja yang seharusnya menyebarkan cinta kasih Tuhan kepada orang-orang tertindas justru bungkam. Gereja tidak bertindak ketika melihat realitas penindasan sistemik terhadap mereka yang kita sebut sebagai wong cilik itu. Gereja sibuk dengan kegiatan persekutuan di dalam yang hanya memenuhi hasrat sebagian umat untuk memuaskan dahaga imannya. Jika Saudara hidup di zaman Romero, apakah yang akan Saudara lakukan? Mari kita menelisik kebenaran Firman Tuhan yang akan menuntun kita.

Pendalaman Teks Alkitab
·         Apa isi doa pengharapan pemazmur yang disampaikan kepada Allah untuk rajanya? (Maz. 72:10-11)
·         Tindakan apakah yang harus dilakukan oleh sang raja seiring dengan doa pengharapan pemazmur? (Maz. 72:12-14)

Renungan
                Mazmur yang kita baca hari ini masih termasuk ke dalam rangkaian mazmur yang berisi doa harapan untuk raja. Dalam Mazmur 72:12-14, pemazmur menyampaikan doa pengharapannya agar sang raja dihormati oleh raja-raja lainnya yang ada di penjuru bumi.
Pertanyaannya, mengapa raja tersebut dapat dihormati sedemikian rupa? Pemazmur menggunakan sebuah kata sambung “SEBAB” dalam ayat 12.  Kata sambung “SEBAB” ini menunjukkan bahwa penghormatan yang diberikan oleh bangsa-bangsa lainnya di penjuru bumi berhubungan dengan apa yang dilakukan oleh raja tersebut.
Raja tersebut dihormati karena ia menyayangi dan melepaskan orang-orang yang tertindas. Bagi seorang raja yang adil, orang yang tertindas harus dibela. Kehidupan orang miskin sangatlah mahal di mata raja yang adil itu. Tentu saja, jika raja tersebut tidak menunjukkan keadilan dan keberpihakannya pada mereka yang tertindas, ia tidak akan dihormati oleh bangsa-bangsa lain.
Bagian pengantar renungan ini dibuka dengan kisah Oscar Romero. Nama Romero tidak akan dikenang oleh banyak orang bila ia tidak melakukan perbuatan yang inspiratif. Romero dikenang karena perjuangannya dalam menggugah gereja untuk bangkit dari tidurnya yang panjang. Ia mendorong agar gereja berani berjuang demi mereka yang tertindas walaupun mungkin resikonya orang-orang Kristen akan mengalami penderitaan.
Jika pemazmur hidup pada masa kini, ia akan bernyanyi bagi kita yang adalah raja-raja yang harus menyaksikan keadilan bagi yang terabaikan. Alangkah baiknya jika kita bisa membela yang terabaikan seperti yang dilakukan Romero. Jiwa dari pesan pemazmur dan Romero masih bisa kita terus pelihara agar tidak padam. Bagaimana caranya? Mungkin, saat ini kita melihat nasib pembantu rumah tangga dan cleaning service yang kesejahteraannya kurang diperhatikan. Jika Saudara tergerak, perlakukanlah mereka dengan terhormat. Jangan membentak-bentak mereka seperti binatang. Mereka adalah manusia yang sama derajatnya dengan Saudara. Sebagai langkah konkret lainnya, GKI Residen Sudirman memiliki departemen dan komisi kespel. Ulurkanlah tangan Saudara untuk ikut menopang mereka yang tersisihkan melalui wadah tersebut!

“Bukalah mulutmu, ambillah keputusan secara adil dan berikanlah kepada yang tertindas dan yang miskin hak mereka.” (Amsal 31:9)

TERANG YANG MEMBAWA KEADILAN

`Kamis, 5 Januari 2012
Mazmur 72:1-7

Beberapa waktu lalu, saya membaca sebuah berita yang isinya adalah kritikan Hikmahanto Juwana, Guru Besar Ilmu Hukum FHUI, terhadap Marzuki Alie. Ia mengkritik usulan Marzukie Alie yang mendorong masyarakat untuk memaafkan para koruptor. Menurut Hikmahanto Juwana, Marzukie Alie tidak berpihak pada rakyat kelas bawah. Mengapa hanya koruptor yang diusulkan untuk dimaafkan? Mengapa maling ayam yang dipenjara -dengan hukuman yang biasanya lebih berat dari para koruptor- tidak diusulkan untuk dimaafkan? Apakah karena para koruptor itu memiliki status sosial yang tinggi?
Kritik Hikmahanto Juwana ini menunjukkan bahwa ketidakadilan sudah merasuk ke dalam diri para pemimpin bangsa Indonesia. Sebagai orang Kristen apakah yang harus kita lakukan dalam menghadapi kondisi ketidakadilan seperti ini? Mari menjaring hikmat dari Nyanyian Doa Salomo dalam Mazmur 72:1-4!

Pendalaman Teks Alkitab
·         Siapa yang menjadi sumber hukum dan keadilan? (Mazmur 72:1)
·         Apa yang harus dilakukan untuk menegakkan keadilan (Mazmur 72:2-4)
·         Hal konkret apakah yang akan Saudara lakukan untuk menegakkan keadilan di dalam kehidupan Saudara sehari-hari?

Renungan
Bagi bangsa-bangsa yang ada di sekitar Israel, raja adalah sumber hukum. Namun, nyanyian yang dinyanyikan Pemazmur ini menunjukkan bahwa Israel memiliki pandangan yang berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya. Pemazmur menyerukan permohonan kepada Allah untuk mengaruniakan hukum kepada raja dan keadilan kepada putra raja. Pemazmur percaya bahwa Allah adalah sumber hukum dan keadilan bagi bangsanya.
Istilah hukum ini, berasal dari kata “misypat” dalam bahasa Ibrani. Kata “misypat” ini berasal dari kata kerja syphat yang sebenarnya memiliki makna yang lebih dalam. Kata syphat memiliki dua unsur utama. Pertama, kata ini mengandung titah untuk membela hak orang lemah. Biasanya, orang-orang yang lemah menjadi korban dari para penguasa. Orang Kristen dipanggil untuk membela hak-hak mereka yang tertindas. Apakah Saudara berani menentang orang-orang yang tidak adil di tempat Saudara tinggal atau bekerja? Apakah saudara berani menolak untuk berlaku tidak adil, misalnya dengan berani mengatakan tidak mau melakukan korupsi dan tidak mau menyogok?
Kedua, kata syphat  mengandung sebuah titah untuk menegakkan kebenaran agar damai sejahtera hadir bagi bangsa. Damai sejahtera yang utuh meliputi kedamaian lahir dan batin. Orang-orang yang sangat minim mendapatkan kedamaian adalah orang-orang miskin. Mereka menderita secara lahiriah karena mereka harus berjuang mati-matian agar dapat mendapatkan sedikit makanan. Misalnya saja, ada banyak pemulung yang harus bekerja siang malam untuk memilah sampah demi mendapatkan makanan. Mereka juga seringkali terluka secara rohani karena mereka sering diremehkan dan didiskriminasikan oleh masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk menghadirkan damai sejahtera di bumi. Apakah Saudara sudah menghadirkan damai sejahtera bagi orang yang tertindas? Selamat berlaku adil dalam menyaksikan terang Allah.

“Anak-anak Allah harus menyaksikan keadilan Allah agar kedamaian hadir di bumi. Kedamaian tanpa keadilan adalah hal yang mustahil”

TERANG YANG MEMBAWA KERUKUNAN

Rabu, 4 Januari 2012
Yesaya 60:3-6

                Pada tahun 2011, saya mencatat ada banyak penderitaan yang harus dialami oleh orang Kristen. Misalnya saja, pada bulan September 2011 terjadi peristiwa pemboman gereja di Solo. Tidak hanya itu, sepanjang tahun ini kita menyaksikan pergumulan GKI, khususnya GKI Taman Yasmin, untuk memperoleh hak menggunakan gedung gerejanya sebagai tempat beribadah. Berbagai peristiwa ini sungguh menyedihkan karena menunjukkan rapuhnya pilar-pilar bangsa Indonesia yang menjunjung Bhinneka Tunggal Ika. Di manakah kesatuan dalam keberagaman itu?
Sebagai kesatuan Tubuh Kristus, tentunya kita merasakan kepedihan dari saudara-saudara seiman kita yang mengalami penganiayaan dan kesulitan untuk beribadah. Pertanyaannya, apakah kita pesimis terhadap keadaan ini? Atau apakah kita masih memiliki pengharapan bahwa kebebasan beragama dan kedamaian antar umat beragama akan terjalin di Indonesia?

Pendalaman teks Alkitab
·         Siapa yang datang kepada Israel? (ayat 3 dan 4)
·         Apa yang membuat Israel akan berseri-seri dan menjadi heran? (ayat 5 dan 6)

Renungan
                Yesaya 60:3-6 ini melukiskan sebuah nubuatan akan terciptanya kondisi yang menyenangkan. Digambarkan bahwa bangsa-bangsa akan datang berduyun-duyun kepada terang yang turun di atas Israel. Bangsa-bangsa mana sajakah yang dimaksud oleh Yesaya? Salah satu bangsa yang dimaksud Yesaya diantaranya adalah Bangsa Midian dengan suku Efa (ayat 6).
Tentu saja nubuatan ini bukanlah peristiwa yang biasa-biasa saja. Mengapa? Karena nubuatan Yesaya ini merupakan nubuatan akan adanya kedamaian di antara bangsa-bangsa. Bangsa Midian dengan sukunya Efa bukanlah bangsa yang berlaku baik terhadap bangsa Israel. Mereka pernah datang ke Palestina dan merampas hasil pertanian bangsa Israel (Hak 6:3-6). Tentunya, hubungan antara pihak yang dirampas dengan pihak yang merampas tidaklah baik. Namun, dalam nubuatan ini dikatakan bahwa bangsa Midian itu akan datang dan memberikan emas dan kemenyan. Nubuatan ini menunjukan bahwa ada sebuah pengharapan akan pemulihan dan kedamaian di antara bangsa-bangsa. Oleh karena itu, sekali lagi, tidak ada tempat bagi orang-orang yang pesimis akan terjadinya kedamaian dan kerukunan di negeri kita ini!
Di dalam ayat ke-3, dikatakan bahwa bangsa-bangsa akan datang kepada terangmu. Saudara, ayat ini ingin menggambarkan bahwa bangsa-bangsa akan datang kepada kita jika hidup kita memancarkan terang yang asalnya dari Allah. Tentunya, bangsa-bangsa tidak akan datang jika kita tidak memancarkan terang itu. Oleh karena itu, kita harus menunjukkan keberadaan terang melalu cara hidup kita di mana pun kita berada. Terang itu mengajarkan kepada kita untuk mengasihi sesama manusia, siapapun itu, seperti diri kita sendiri. Kita tetap harus mengasihi sesama kita walaupun ia menganiaya kita, siapapun itu tanpa memandang suku, agama dan rasnya. Masihkah kita memiliki pengharapan akan terciptanya kedamaian dan kerukunan di Indonesia? Maukah kita menjadi terang agar tercipta kedamaian di negeri ini?

“Berbahagialah orang yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah”
(Matius 5:9)

TERANG YANG MEMBAWA PENGHARAPAN


Selasa, 3 Januari 2012
Yesaya 60:1-2

Pada zaman ini, kejahatan semakin merajalela. Tingkat kejahatan pun semakin meningkat. Berita korupsi, pembunuhan, penganiayaan dan pemerkosaan sudah menjadi “santapan harian” yang disuguhkan oleh surat kabar. Dampaknya, banyak orang yang pesimis melihat kondisi ini. Mereka yang pesimis pasrah dengan keadaan dan melakukan pembiaran terhadap berbagai tindakan kejahatan yang mereka lihat. Pertanyaannya, apakah orang Kristen boleh menjadi pesimis dan melakukan pembiaran terhadap berbagai kejahatan yang mereka lihat? Mari kita mendalaminya melalui perenungan pada hari ini.

Pendalaman teks Alkitab
·         Bagaimana kondisi Sion dan bangsa-bangsa sekitarnya pada saat itu? (Ayat 2)
·         Apa janji Tuhan terhadap Sion? (ayat 2b)
·         Apa perintah Tuhan kepada Sion? (ayat 1)
·         Apa yang Tuhan harapkan bagi kita ketika kita menghadapi realitas dunia yang dipenuhi kejahatan?

Renungan
                Yesaya 60:1-2 ditulis pada masa setelah Israel kembali dari tempat pembuangan di Babel.  Pada masa sebelumnya, raja Persia yang bernama Koresy berhasil mengalahkan raja di Babel. Raja yang bijaksana ini memperbolehkan bangsa Israel untuk kembali ke tanah airnya. Oleh karena itu, sebagian dari bangsa Israel dan Yehuda  kembali ke Palestina dan meninggalkan tempat pembuangan.
Situasi bangsa Israel dan Yehuda setelah kembali dari pembuangan tidak membaik bahkan mereka sedang berada dalam kondisi yang kacau. Pada saat itu terjadi kemerosotan moral di Israel dan Yehuda. Anak yatim, janda dan orang-orang miskin begitu menderita karena mengalami penderitaan. Sebaliknya, orang-orang yang memegang kekuasaan hidup dalam kemewahan dan gelimang harta. Dengan sewenang-wenang, mereka menindas para janda, anak yatim dan orang-orang miskin.
                Sebagai seorang nabi, Yesaya tidak berdiam diri melihat kondisi ini. Kondisi ini tidak membuatnya pesimis dan hilang pengharapan. Ia tetap menyuarakan suara kenabiannya. Ia menghimbau agar umat bangkit dan jangan berputus asa melihat keadaan yang terjadi itu. Mengapa umat tidak boleh persimis atau berputus asa dalam menghadapi kekacauan itu? Jawabannya adalah karena mereka percaya bahwa Sang Mesias akan datang ke dunia ini untuk memulihkan kondisi bangsanya dari kekacauan. Ada sebuah pengharapan besar akan terjadinya pemulihan di negeri mereka.
                Perlu dicatat bahwa pengharapan ini bukanlah sebuah pengharapan yang pasif. Pengharapan ini menuntut sebuah tindakkan nyata kita. Kita diajak untuk bangkit dan menjadi terang. Oleh karena itu, kita tidak boleh melakukan pembiaran-pembiaran terhadap kejahatan-kejahatan yang kita saksikan. Kita harus berani menyatakan kebenaran di manapun kita berada. Tidak ada tempat bagi sikap pesimis dan pasif bagi kita yang berharap pada Sang Terang! Sudahkah Saudara bangkit dan menyaksikan Sang Terang dengan hidup dalam kebenaran?

“Orang yang memiliki pengharapan kepada Allah tidak akan menjadi pesimis dan pasif melainkan akan selalu giat menyatakan terang Allah dalam hidupnya.”

SENANTIASA PEKA TERHADAP SAPAAN SANG TERANG SEJATI

Senin, 2 Januari 2012
Matius 2:1-12

                Apa yang biasanya Saudara lakukan ketika tanpa sengaja Saudara memegang benda yang panas? Mungkin Saudara akan berteriak, lalu mengibas-ngibaskan tangan. Setelah itu Saudara akan mengambil obat kulit untuk menyembuhkan luka bakar. Semua tindakan itu dilakukan dengan spontan karena Tuhan menganugerahkan kepekaan yang tinggi.
                Orang yang memiliki kepekaan akan mampu merasakan suatu gejala atau peristiwa lalu dengan sigap memberikan respons terhadapnya. Anugerah kepekaan itu dipakai manusia untuk menanggapi hal-hal yang bersifat jasmani dan rohani. Masalahnya, apakah kita mau menggunakan kepekaan tersebut atau tidak? Apakah kita sudah peka terhadap sapaan Sang Terang atau belum?

Pendalaman Teks Alkitab
·         Siapakah yang tidak memiliki kepekaan terhadap berita kelahiran Sang Mesias? Mengapa mereka tidak peka? (Mat. 2:3-4)
·         Siapakah yang memiliki kepekaan terhadap berita kelahiran Sang Mesias? Apa buktinya?
·         Bagaimana cara Saudara untuk memahami kehendak Tuhan?

Renungan
                Siapa yang tidak mengenal orang Farisi dan ahli Taurat? Mereka adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan mendalam terhadap Kitab Suci. Mereka bertugas mendalami dan mengajarkan Kitab Suci. Oleh karena itu, ahli Taurat dan orang Farisi seharusnya benar-benar paham terhadap seluk-beluk Kitab Suci, termasuk nubuatan yang ada di dalamnya.
Seharusnya, nubuatan dan tanda-tanda kelahiran Sang Mesias bukanlah hal yang asing bagi orang Farisi dan ahli Taurat. Namun, ternyata para Majus lebih dulu mengetahui berita itu. Herodes, ahli Taurat dan orang Farisi terkejut saat para Majus datang dan menanyakan tentang kelahiran Raja orang Yahudi itu. Keterkejutan mereka menunjukkan ketidakpekaan mereka terhadap sapaan Sang Terang yang telah ditulis dalam kitab para nabi.
Sebaliknya para Majus, yang tidak mengenal Tuhan, memiliki kepekaan terhadap kelahiran Raja orang Yahudi ini. Dengan menggunakan kemampuan mereka dalam ilmu perbintangan, para Majus berusaha untuk mencari bintang terang yang mereka lihat di Timur. Orang-orang yang berasal dari daerah Persia ini percaya bahwa keberadaan bintang terang itu menandakan ada suatu kejadian yang menakjubkan. Dengan penuh semangat, mereka pergi ke daerah Betlehem untuk bertanya kepada Herodes tentang keberadaan Raja itu. Sikap orang-orang Majus ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang peka rohani. Dengan penuh perjuangan, orang-orang Majus akhirnya berhasil menjumpai bayi Yesus. Kepekaan rohani orang-orang Majus membuat mereka merasakan sukacita karena dapat berjumpa dengan Sang Raja itu.
Saudara, apakah kita telah mengasah kepekaan rohani kita? Sudahkah Saudara dengan tekun dan setia mendalami Firman Tuhan untuk memahami maksud Tuhan di dalam kehidupan kita? Apakah Saudara sudah memiliki kepekaan terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di sekitar Saudara? Maukah Saudara mempertajam kepekaan kita terhadap sapan Sang Terang dengan rajin berdoa dan tekun membaca renungan 4B selama minggu ini dan seterusnya?

“Orang yang sungguh-sungguh mengasihi Allah adalah orang yang menunjukkan kepekaan terhadap sapaan-Nya”

Sabtu, 07 Januari 2012

Serpihan tulisan, dibuang sayang.....

Ada banyak anak yang perkembangan psikologisnya terganggu karena mengalami bullying. Bullying adalah tindakkan menindas, melecehkan dan mengucilkan seseorang hingga orang tersebut mengalami depresi. Yang melakukan bullying biasanya adalah anak/ sekelompok anak yang merasa superior. Ia menindas anak yang dipandangnya rendah atau memiliki banyak kelemahan. Ada bullying yang dilakukan secara langsung, misalnya dengan mengancam dan menyakiti anak lain. Ada bullying yang dilakukan secara tidak langsung, misalnya dengan mengucilkan, menebarkan gosip yang tidak benar tentang seorang anak. Bullying dapat terjadi di mana saja, baik itu di rumah, di sekolah maupun di gereja.
Tindakan bullying adalah tindakkan yang tidak sesuai dengan firman Tuhan. Melakukan tindakkan bullying berarti merendahkan orang lain. Padahal firman Tuhan mengingatkan kepada kita untuk menerima keberadaan setiap orang apa adanya, baik itu kelemahan maupun kelebihannya. Oleh karena itu, waspadailah terjadinya bullying di dalam kehidupan anak-anak. Ingatkan anak-anak untuk menghargai teman-temannya dan tidak merendahkan teman-temannya.

Senin, 02 Januari 2012

Ketika aku harus berpetualang...

Aku bukan tipe orang yang menyukai petualangan. Aku suka detil yang sangat jelas dan pasti. Maka, ketika Tuhan mengajakku bercanda, dengan mengajakku bermain dalam sebuah teka-teki dan tanda tanya, aku seringkali marah. Aku tidak suka ketika aku haru bertanya kepada segala penjuru dan segala penjuru memberikan jawaban yang berbeda. Seringkali aku marah pada Tuhan di titik itu. Tuhan, sampai kapan engkau bermain petak umpet denganku? Sampai kapan aku harus berkejaran dalam kesamar-samaran untuk mengerti maksudmu?
            Hari ini, tampaknya Tuhan mengajakku untuk kembali bermain dalam sebuah petualangan yang menarik. Kijang besi berpacu dengan kecepatannya yang dahsyat mencari sebuah suar. Dengan menaiki si kijang, kami berpacu menyebrangi lautan luas yang memisahkan dua pulau. Berkali-kali kami berputar dan bertanya hanya untuk mencari suar itu. Tidak ada jawaban yang sama. Ada tanda tanya di dalam hati, quo vadis? Hingga akhirnya, setelah melewati perjalanan panjang dan penuh teka-teki, kami menjumpai lampu penunjuk arah yang menjulang tinggi. Senyum menghiasi wajahku saat membaca tulisan berbahasa Belanda itu, “Mercusuar yang dibangun di bawah pemerintahan Raja Willem ke III sejak tahun 1878an”.
            Ketika aku melangkah ke dalam, menaiki tapak-tapak tangga yang bersejarah, aku kembali bertanya kepada Tuhan. Tuhan, apakah Engkau sedang mengajakku bermain di tahun 2012 ini? Apakah Kau mengajakku bermain di dalam perjalanan yang aku tidak tahu bagaimana ujungnya? Apakah Kau mengajakku bermain di tengah keraguan dan kegetiran akan banyak hal? Apakah Kau memang sudah tahu ujung kehidupannku, namun ingin aku mencari dan bertanya? Ah Tuhan, aku sebenarnya tidak suka dengan permainan petak-umpet ini. Namun, apa mau dikata, jika Engkau mengajakku bermain di tahun ini, mari kita bermain. Mari bermain, walaupun aku tidak suka, walaupun pedih rasanya, walaupun kuatir melanda, walaupun air mata harus menetes! Tuhan, akan kutagih janji-Mu untuk bertemu dengan suar sinar Wajah-Mu di ujung permainan ini.