Kamis, 21 Agustus 2014

Giyanti


Ruangan kedai kopi yang bernama Giyanti itu tidak besar --cenderung kecil malah—tapi suasananya hommy banget! Apa yang buat hommy? Pertama-tama, design interior ruangannya unik banget. Di dindingnya banyak terdapat tulisan-tulisan inspiratif, salah satunya: teach me how to serve. Ada mesin penggiling kopi yang mejeng di sana. Kursi-kursi dibuat berdekatan dan didesign secara unik. Ada kursi model ayunan yang kucoba dengan perasaan sedikit gentar karena takut jatuh. Hehehhe… Just intermezzo, di pojok ruangan indoor ada bule ganteng yang enak dipandang. :P Sayangnya ruangannya penuh, jadi aku hanya bisa memandangi dari luar jendela kaca. hehehhe.
Selain ruangannya, yang buat hommy adalah kualitas pelayanannya. Hendri, pemilik kedai kopi itu, datang ke tempat duduk kami (aku, Ka Linna dan Pak Sahat) untuk minta masukan mengenai rasa kopinya. Selain itu, dia juga mengajak kami untuk melihat proses pembuatan kopinya. Yang paling menarik, Hendri menceritakan idealismenya dalam mengelola kedai kopi ini. Begini katanya:
“Kita hanya buka sampai jam 6 sore, untuk mengajarkan orang bagaimana minum kopi yang sehat. Ini ada kaitannya dengan metabolism tubuh. Kami juga hanya membuka toko dari hari Rabu sampai Sabtu. Aku seperti egois sich, tapi Minggu itu hari istirahat. Hari Senin sampai Rabu kita mengolah kopi sendiri. Kami ambil kopi dari Jawa Tengah yang hampir punah. Tujuannya biar orang menanam dan melestarikan. Aku punya mimpi untuk buat perpustakaan di tengah kebun kopi agar masyarakat bisa mengembangkan kopi itu. Di kedai kopi ini, kami menawarkan keramah-tamahan, budaya Indonesia yang selalu diajarkan orang tuaku.”
Cerita Hendri itu inspiratif banget buatku. Wow… mantap! Aku belajar arti hospitalitas. Hospitalitas adalah soal nilai yang ada di hati kita. Dan nilai itu bukan sekadar omong kosong, mereka mengkongkretkannya dalam bentuk ruang dan tindakkan. Yup, soal ruangan: bagaimana kita menciptakan ruangan yang hommy dan gak kaku. Soal tindakkan adalah bagaimana kita mau terbuka untuk bicara dengan orang asing. Yeah: connecting people, kayak iklan gadget itu loh
Oh iya, ada lagi satu hal yang menarik dan menujukkan hospitalitas yang tinggi. Salah satu pelayan Giyanti ada yang berkebutuhan khusus. Walau aku agak susah berkomunikasi dengan dia ketika memesan minuman, aku mengapresiasi penerimaan kedai kopi ini terhadap orang yang berkebutuhan khusus. Ketika dunia menertawakan mereka, kedai kopi ini justru mengapresiasi dan memberdayakan dia.
Tuhan, aku pengen gereja bisa terbuka dan belajar dari kedai kopi ini. Asik banget deh kalau gereja kita jadi hommy banget. Asik banget kalau ada tempat nongkrong yang santai dan cair untuk berhospitalitas. Rasanya indah kalau anak kecil, orang muda sampai oma-oma bisa kongkow-kongkow bareng. Rasanya bahagia kalau gak ada lagi orang yang menertawakan orang berkebutuhan khusus. Aku yakin, ini bukan cuman mimpiku, tapi mimpi Tuhan juga. Yup, sebagaimana Tuhan juga punya rancangan damai sejahtera buat kita semua di mana serigala dan anak domba bisa sama-sama makan rumput. Tidak ada yang berbuat jahat atau busuk…

Jakarta, 20 Agustus 2014

YIL