Jumat, 01 Mei 2015

Ketika Tuhan Bicara

Hari itu saya datang ke gereja tempat saya melayani dengan beban berat. Saya merasa hidup ini begitu suram. Rasanya seperti ada bongkahan batu beasar yang saya harus gendong. Hati ini pun terasa sembilu menahan pedihnya luka hati.

Berat rasanya menjalani panggilan ini. Ketika hati ini ingin menangis, tapi harus kuat menahan tangis dan berjumpa dengan berbagai jemaat. Ketika tugas datang, tak bisa rasanya menangis lepas tanpa ada yang mempedulikan, seperti dulu. Ada kesedihan yang tertunda karena aku harus juga mengerjakan tugas-tugasku. Dan hari itu... Hari ketika aku harus berjumpa dengan anal-anak kecil yang ingin bertanya tentang kehidupan doaku.

Dengan sedih, aku berusaha tersenyum untuk anak-anak kecil itu. Mereka menyambutku dengan keceriaan yang menawan. Mereka mewawancaraiku dengan pertanyaan yang sudah disiapkan. Aku menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan lancar. Namun, saat tiba giliran pertanyaan bebas aku terhentak.

Seorang anak kelas 2 SD bertanya kepadaku, "Apakah doa Kakak pernah tak dikabulkan Tuhan? Apakah Kakak percaya bahwa Tuhan punya rancangan yang indah untuk Kakak?"

Saya terkejut dengan pertanyaannya. Karena dua hal inilah yang sedang saya gumulkan. Dua hal inilah yang membuat muka saya muram dan berbeban berat. Saya diam cukup lama... Hingga akhirnya saya menjawab dengan suara yang sangat pelan, "Ya, saya pernah kecewa karena Tuhan tidak mengabulkan doa saya." anak itu menatap saya dengan sorotan matq yg penuh kepedulian. Dengan suara lirih, saya berkata "Aku percaya Tuhan punya rencana yang indah buat saya, walaupun aku seringkali gagal mempertahankan rasa percaya itu.

Sebelumnya saya sedang merasa Tuhan sudah jarang berbicara kepada saya, melalui media apapun. Namun saat itu saya merasa Tuhan berbicara pada saya melalui anak kecil itu. Dan saya tertampar. Memang, pergumulan saya ketika menjalani proses ini adalah saya sadar dalam ketidaksempurnaan saya bahwa menjalani apa yang saya ajarkan itu lebih berat dari hanya menjelaskannya. Namun Tuhan rasanya akan terus berbicara dan mengingatkan saya untuk bertahan dan percaya.

Jakarta, 1 May 2015
YIL