Kamis, 08 Oktober 2015

Oma Yun dan HUT GKI Kayu Putih ke-35

Tadi pagi, saya melawat Oma Yun, salah satu “founder” GKI Kayu Putih. Oma Yun tidak pernah ingat nama saya, tapi dia selalu hafal wajah saya. “Kamu, yang suka khotbah di depan kan. Saya ingat wajah kamu, tapi saya lupa nama kamu.” Setiap bertemu dia, saya seperti berjumpa dengan almarhum nenek saya. Bagi yang belum kenal Oma Yun, dia adalah seorang oma yang ceria dan tulus. Dia rajin membaca Alkitab dan menyalinnya di buku tulisnya.

Dalam percakapan dengan Oma Yun tadi pagi, saya menanyakan, “Apa harapan Oma Yun buat GKI Kayu Putih yang sedang berulang tahun ke-35?” Lalu, Oma Yun menjawab, “Ya, sekarang kalau ke gereja udah banyak orang baru yang saya tidak kenal. Tapi, saya bersyukur karena kedatangan orang baru ke gereja kita adalah anugerah Tuhan. Senang rasanya kalau saya menyapa orang baru. Saya juga senang kalau ketemu teman-teman lama di gereja setiap hari Minggu. Sederhana saja, saya berharap agar GKI Kayu Putih tetap kompak dan berjalan bersama-sama. Enak khan kalau punya teman”.

Satu hal yang saya rasakan ketika mengunjungi Oma Yun, saya merasakan aura ketulusan dan kesederhanaan dari dirinya sebagai salah seorang “founder”. Dalam ketulusan dan kesederhanaan, Tuhan mememberkati GKI Kayu Putih hingga seperti sekarang ini. Ya, kesederhanaan, ketulusan dan rahmat Allah menjadi tiga kata kunci dalam perjalanan GKI Kayu Putih.

Karena itu, ketika kita merindukan suatu gereja yang dipenuhi persahabatan, saya rasa yang menjadi kunci utama adalah ketulusan dan kesederhanaan. Kita menyadari bahwa diri kita bukanlah orang hebat. Kita hanyalah orang sederhana yang Tuhan pakai. Dan kemudian saya jadi teringat akan perkataan Jean Vanier, pendiri Komunitas L’arche. Jean Vanier berkata bahwa sebuah komunitas tercipta ketika para anggotanya menerima kenyataan bahwa masing-masing dirinya bukanlah superhero. Akan tetapi, masing-masing anggotanya menyadari ruang kerapuhan dan ketidaksempurnaannya. Dalam kesederhanaannya, biarlah kita menjadi seperti anak kecil yang sederhana, Menjalani hidup ini dengan ketulusan dan tanpa intrik. Penuh cinta dan rasa syukur. Dalam hal ini, perkataan Paulus dalam Roma 12:16 menjadi begitu bergema, “Hendaklah kamu sehati sepikir dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara-perkara yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai.”

Bagi saya, momen ulang tahun adalah sebuah “present”, atau kado dari yang Illahi. Ketika kadonya di buka, kita mendapat kesempatan untuk melakukan sebuah momen reflektif: mengilas balik untuk menatap ke depan, seraya menjalani hari ini sebagai sebuah anugerah. Dengan mengilas balik melalui pembelajaran dari para founder kita, saya berharap bahwa  kesederhanaan, rasa syukur, ketulusan dan cinta kasih Illahi akan mewarnai derap langkah pengembaraan kita bersama sebagai seorang sahabat dari sekarang sampai seterusnya. Selamat Ulang Tahun GKI Kayu Putih ke-35!

Jakarta, 8 Oktober 2015

YIL