Kamis, 08 Juni 2017

Ulang Tahun yang Biasa Saja

Seorang sahabat, dekat memberikan ucapan ulang tahun yang menarik, "Yes, selamat ulang tahun. Gimana, berulang tahun saat menjadi pendeta? Biasa aja pasti. Tuhan berkati." Pengirim pesan ini memang sungguh-sungguh mengenal saya. Maklum, dia salah satu mentor pada saat saya CP1. Jadi kayaknya tau gue banget! Bagi saya, memang tidak ada bedanya ulang tahun sebagai pendeta atau sebagai non-pendeta. Mengapa?

Pertama, walaupun saya menjadi pendeta, saya sama koq dengan umat yang hidup dalam proses beriman. Kehidupan spiritual saya juga pas-pas-an, alias in the border line dan dipenuhi dengan dinamika naik turun. Saya ingat, tahun lalu ulang tahun saya dirayakan oleh teman-teman pemuda GKI Kayu Putih bersama dengan Kak Linna yang mau pergi studi pada keesokan harinya. Ulang tahun saya tahun lalu diwarnai kekhawatiran. Malam itu, saya berpikir keras. Duh Tuhan, gimana yah nanti saya ke depannya? Tugas-tugas makin banyak (iya sich!). Ditambah lagi, mikirin bulan depannya sahabat baik saya cabut ke Taize. Nanti, kalau tukar pendapat dan curhat, sama siapa yah? Saya juga kadang takut menjalani hari-hari karena saya terkadang hidup dalam kecemasan.

Tahun ini, saya belajar untuk mensyukuri anugerah Tuhan hari demi hari. Kelihatannya mudah, tapi buat saya sulit. Apalagi bawaan orok saya yang adalah seorang day-dreaming juga pencemas.
Namun, saat mengilas balik, saya melihat bahwa  setahun sudah dilewati. Saya melihat bahwa Tuhan telah menuntun saya melalui luka, kepedihan, tawa, dan kejutan.  Saya belajar mensyukuri hari-demi-hari yang Tuhan anugerahkan, walaupun masih sering nangis dan ngomel sama Tuhan.

Kedua, Karena bagi saya, anugerah Tuhan diberikan kepada setiap orang, baik itu pendeta dan bukan pendeta. Jadi, ulang tahun sebagai pendeta dan bukan pendeta ya sama saja. hehehehe... Buat saya anugerah Tuhan artinya penyertaan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Kadang bukan dengan peristiwa spektakuler, melainkan dari hal-hal biasa saja. Saat saya merasa kering, Tuhan menyegarkan. Saat saya belagu, Tuhan peringatkan. Saat saya kesepian, Tuhan memberikan teman curhat dan teman berantem. Saat saya malas, Tuhan mengingatkan untuk tekun. Saat saya pelit, Tuhan mengirimkan rekan untuk dibagi.

Thanks God buat hari ini. Thanks God buat sahabat-sahabat dan saudara-saudara yang memberikan ucapan selamat dan mendoakan saya. Terimakasih buat yang sudah menginspirasikan saya untuk hidup biasa saja, hari demi hari, melampaui kecemasan lebay saya. Ada tiga harapan saya. Yang pertama dan kedua rahasia. wkwkwkwkw.... Yang ketiga, saya ingin belajar mensyukuri hidup hari demi hari dalam kesederhanaan dan cinta kasih di tengah kelemahan-kelemahan saya. Sederhana, namun tidak mudah. Semoga bisa yaah... Kita belajar dan berporses.