“Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan
yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.”
1 Korintus 4:2
Beberapa waktu yang lalu, saya menonton film Great Wall. Film layar lebar ini
mengisahkan tentang William, Tovar dan rekan-rekannya yang pergi ke Cina untuk
mendapatkan harta karun yakni black
powder. Di dalam perjalanan mereka diserang oleh Tao Tie, spesies sejenis
kadal raksasa. Dalam penyerangan itu yang selamat hanyalah William dan Tovar.
Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka hingga mereka tiba di tembok Cina.
Di sana, mereka ditangkap dan hendak dihukum mati. Namun, William memiliki ide
gila untuk menyerahkan tangan Tao Tie yang berhasil ia bunuh ketika mereka
diserang Tao Tie. Akhirnya mereka tidak jadi dibunuh karena rupanya Tao Tie
adalah musuh yang sudah lama mengancam Cina.
Rupanya,
William tergerak untuk menolong pasukan Cina yang hendak berperang melawan
kawanan Tao Tie. Jendral Lin, seorang perempuan yang menjadi pemimpin Orde
Tanpa Nama pun belajar mempercayai William, orang asing itu. Ada kalimat yang
sangat menarik dalam percakapan antara Jendral Lin dan William. Jendral Lin
berkata, “Kamu harus bisa mempercayai
orang lain, dan kamu akan dipercaya.” Filosofi hidup Jendral Lin mengubah
paradigma William. William yang awalnya berpikir bahwa harta adalah segalanya,
kini menyadari bahwa harta bukanlah segalanya. Keserakahan manusia
menghancurkan dunia ini. Namun, kepercayaan dan relasi antara sesama manusia
adalah harta yang paling berharga untuk dipertahankan.
Kisah ini masih berlanjut
dengan kisah ketika kepercayaan dan relasi persahabatan di antara William dan
Jendral Lin diuji. Tovar melakukan pengkhianatan kepada William dan pasukan
Tembok Cina, dengan mencuri black powder.
Dampaknya, Williamlah yang dituduh sebagai pengkhianat. Walaupun ia sudah
difitnah dan tidak dipercaya lagi, William tetap berjuang untuk menolong
Jendral Lin dalam misi melindungi rakyat Cina dari Tao Tie. Akhirnya kebenaran
pun terkuak. Jendral Lin dan Kaisar pun tahu bahwa William tidak bersalah.
Menjaga
kepercayaan juga merupakan nilai yang sangat penting di dalam Alkitab. Dalam
surat 1 Korintus 4:1-5 Paulus mengingatkan kepada umat di Korintus bahwa yang
dituntut dari pada pelayan-pelayan adalah bahwa mereka dapat dipercaya oleh
Tuhan dan sesama manusia untuk melakukan kebenaran. Barangkali, orang lain
dapat tidak mempercayai kita ketika kita mewartakan dan melakukan kebenaran.
Bahkan, kita dapat dihakimi oleh orang-orang yang tidak menyukai kita. Akan
tetapi, di dalam 1 Korintus 4:5 dikatakan bahwa Tuhanlah yang akan menerangi,
juga apa yang tersembunyi di dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa
yang direncanakan di dalam hati.
Tuhan
adalah hakim yang adil. Kita semua telanjang di hadapan Tuhan. Topeng yang kita
gunakan tidak akan dapat mengelabui Tuhan. Apapun yang kita sembunyikan dapat
terungkap di hadapan Tuhan. Tuhan mengetahui ketika kita kita tidak tulus dan
menyalahgunakan kepercayaan daripada-Nya untuk kepentingan diri kita.
Sebaliknya, Tuhan pun tahu, saat kita belajar untuk menjaga kepercayaan-Nya.
Karena itu, marilah belajar untuk menjaga kepercayaan yang diberikan oleh Tuhan
kepada kita sebagai pelayan-pelayannya.
pojok Jakarta
YIR