Jumat, 24 November 2017

DAPAT DIPERCAYA

“Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.”
1 Korintus 4:2

Beberapa waktu yang lalu, saya menonton film Great Wall. Film layar lebar ini mengisahkan tentang William, Tovar dan rekan-rekannya yang pergi ke Cina untuk mendapatkan harta karun yakni black powder. Di dalam perjalanan mereka diserang oleh Tao Tie, spesies sejenis kadal raksasa. Dalam penyerangan itu yang selamat hanyalah William dan Tovar. Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka hingga mereka tiba di tembok Cina. Di sana, mereka ditangkap dan hendak dihukum mati. Namun, William memiliki ide gila untuk menyerahkan tangan Tao Tie yang berhasil ia bunuh ketika mereka diserang Tao Tie. Akhirnya mereka tidak jadi dibunuh karena rupanya Tao Tie adalah musuh yang sudah lama mengancam Cina. 
                Rupanya, William tergerak untuk menolong pasukan Cina yang hendak berperang melawan kawanan Tao Tie. Jendral Lin, seorang perempuan yang menjadi pemimpin Orde Tanpa Nama pun belajar mempercayai William, orang asing itu. Ada kalimat yang sangat menarik dalam percakapan antara Jendral Lin dan William. Jendral Lin berkata,  “Kamu harus bisa mempercayai orang lain, dan kamu akan dipercaya.” Filosofi hidup Jendral Lin mengubah paradigma William. William yang awalnya berpikir bahwa harta adalah segalanya, kini menyadari bahwa harta bukanlah segalanya. Keserakahan manusia menghancurkan dunia ini. Namun, kepercayaan dan relasi antara sesama manusia adalah harta yang paling berharga untuk dipertahankan.
Kisah ini masih berlanjut dengan kisah ketika kepercayaan dan relasi persahabatan di antara William dan Jendral Lin diuji. Tovar melakukan pengkhianatan kepada William dan pasukan Tembok Cina, dengan mencuri black powder. Dampaknya, Williamlah yang dituduh sebagai pengkhianat. Walaupun ia sudah difitnah dan tidak dipercaya lagi, William tetap berjuang untuk menolong Jendral Lin dalam misi melindungi rakyat Cina dari Tao Tie. Akhirnya kebenaran pun terkuak. Jendral Lin dan Kaisar pun tahu bahwa William tidak bersalah.
                Menjaga kepercayaan juga merupakan nilai yang sangat penting di dalam Alkitab. Dalam surat 1 Korintus 4:1-5 Paulus mengingatkan kepada umat di Korintus bahwa yang dituntut dari pada pelayan-pelayan adalah bahwa mereka dapat dipercaya oleh Tuhan dan sesama manusia untuk melakukan kebenaran. Barangkali, orang lain dapat tidak mempercayai kita ketika kita mewartakan dan melakukan kebenaran. Bahkan, kita dapat dihakimi oleh orang-orang yang tidak menyukai kita. Akan tetapi, di dalam 1 Korintus 4:5 dikatakan bahwa Tuhanlah yang akan menerangi, juga apa yang tersembunyi di dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan di dalam hati.
                Tuhan adalah hakim yang adil. Kita semua telanjang di hadapan Tuhan. Topeng yang kita gunakan tidak akan dapat mengelabui Tuhan. Apapun yang kita sembunyikan dapat terungkap di hadapan Tuhan. Tuhan mengetahui ketika kita kita tidak tulus dan menyalahgunakan kepercayaan daripada-Nya untuk kepentingan diri kita. Sebaliknya, Tuhan pun tahu, saat kita belajar untuk menjaga kepercayaan-Nya. Karena itu, marilah belajar untuk menjaga kepercayaan yang diberikan oleh Tuhan kepada kita sebagai pelayan-pelayannya.


pojok Jakarta
YIR

Jumat, 03 November 2017

TANGISAN NEMO


Byurrr...... aku melompat dari perahu itu. Air laut Pahawang yang hangat membasahi tubuhku. Cahaya matahari menerobos air laut dan memberikan penerangan bagiku. Aku mencari para nemo untuk menari bersama dengan mereka di balik gelembung-gelembung air. Namun, di manakah para nemo itu?

Tiba-tiba.... braaak!!!! Aduh sakit sekali! Badanku terkena kaki orang lain yang sedang snorkling. Ah, lautan ini seperti menjadi sangat sempit. Semua orang ingin menari bersama dengan nemo. Bahkan, ada yang berenang mengejar nemo ini dengan kasar untuk memegang mereka. Aku pun menuju permukaan laut untuk mengambil nafas sejenak. Tiba-tiba aku merasa bahwa air laut ini terasa seperti bercampur rasa kopi pahit. Ah sial! Ternyata aku mengambil nafas di dekat warung apung. Si penjaga warung baru saja menumpahkan kopinya ke laut. Tidak hanya kopi, sampah bekas bungkus kopinya pun dibuang ke laut.

Pantas saja, tidak ada nemo yang mau muncul untuk berenang bersama manusia-manusia jorok ini. Para nemo itu bersembunyi di balik terumbu karang. Aku rasa, trauma tidak hanya terjadi pada manusia. Ikan pun bisa mengalami trauma karena manusia. Bahkan, ekosistem laut dapat rusak karena ketidakpedulian manusia. Bayangkanlah, barangkali ikan-ikan itu sedang meneteskan air matanya dan gemetar ketakutan ketika Anda memaksa memegangnya.  

Aku heran dengan manusia-manusia yang merasa tak bersalah ketika membuang sampah di laut, melukai para nemo dan merusak terumbu karang. Membuang sampah di laut sudah dianggap sebagai sebuah kewajaran. Menangkap dan menyentuh nemo pun dipandang kebanggaan. Berfoto dengan menginjak terumbu karang dipandang sebagai sesuatu yang keren.

Bagaimana jika kutegur? Mungkin aku yang akan dianggap gila karena lebih banyak yang melanggar ketimbang yang sadar. Terkadang, manusia melakukan segala cara untuk mendapatkan kesenangannya. Manusia lupa bahwa apa yang ia lakukan untuk mendapatkan kesenangan ternyata membuat makhluk yang lain menderita. Manusia lupa bagaimana caranya bersahabat dengan para nemo dan ekosistem laut.

Kutuliskan kesedihan dan jeritan hatiku dalam tulisan ini. Aku berharap semakin banyak yang membacanya dan menyadari tugas dan panggilan kita untuk memelihara bumi. Alam adalah sahabat kita. Perlakukanlah mereka sebagai sahabat dengan cinta yang Tuhan anugerahkan kepadamu.



Puncak, 3 Nopember 2011
YIR

Rabu, 01 November 2017

YANG LAIN YANG MENOLONG


“Pertolonganku ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi.
(Maz. 121: 2)

Dalam sejarah perjalanan GKI Kayu Putih, gereja kita tidak dapat melepaskan dirinya dari relasi dengan orang-orang beragama lain di sekitarnya. Bahkan, kisah pembelian tanah tempat kita beribadah saat ini pun merupakan buah pertolongan Tuhan yang hadir lewat orang-orang yang beragama lain. Tanah GKI Kayu Putih ini dibeli dari Alm. Bapak King, seorang pemeluk agama Buddha.  Bahkan, ketika dia mengetahui bahwa tanah ini diperuntukkan untuk membangun gereja, ia memberikan kesempatan bagi kita untuk mengangsur. Menurut penuturan kisah salah seorang perintis GKI Kayu Putih, Alm. Bapak King juga penuh pengertian saat Majelis Jemaat GKI Ahmad Yani (nama GKI Kayu Putih sebelumnya) telat mengangsur karena kondisi pengumpulan dana pembelian tanah yang belum optimal. Ia tidak memaksa kita untuk membayar saat itu juga. Sungguh pertolongan Tuhan dapat hadir melalui kemurahan hati orang-orang beragama lain, salah satunya melalui Alm. Bapak King.

Kisah yang hampir serupa pun dijumpai dalam kisah kanak-kanak Musa. Kita menemukan cara Tuhan bekerja melalui kebaikan hati bangsa Mesir. Di satu sisi kita memang melihat kekejaman hati bangsa Mesir melalui Firaun yang memerintahkan agar bayi-bayi orang Israel dibunuh. Namun, di sisi lain kita dapat menjumpai kisah kebaikan orang Mesir dalam kelembutan hati putri Firaun yang dipakai Tuhan untuk menyelamatkan Musa. Dalam Keluaran 2: 6 dijelaskan bahwa putri Firaun berbelas kasihan ketika menemukan bayi Musa dalam sebuah peti. Putri Firaun sendiri sadar bahwa bayi itu adalah bayi orang Ibrani, namun ia tidak membunuhnya. Ia justru malah menyelamatkannya dan mengangkat Musa sebagai anaknya.

Karena itu, sungguh benar apa yang diucapkan pemazmur dalam Mazmur 121: 2 bahwa pertolonganku ialah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi. Tuhanlah yang menciptakan dunia ini dan segenap ciptaan yang beragam di dalam dunia ini. Melalui kuasa-Nya, Tuhan dapat membuat yang lain yang menjadi penolong bagi kita. Ataupun sebaliknya, kitalah yang dipakai Tuhan untuk menolong orang yang berbeda dengan kita.

 Dari fakta sejarah GKI Kayu Putih dan dari kisah di dalam Alkitab, maka kita pun harus terus belajar untuk menjalin relasi dengan saudara-saudara kita dalam konteks keragaman di Tuhan. Tuhan dapat bekerja melalui siapa saja, termasuk dalam diri saudara-saudara kita yang berbeda. Perbedaan itu biasa. Jangan mau dipecah belah karena isu agama dan juga isu rasial. Sebarlah cinta kasih dalam berelasi  untuk membangun negeri.

Jakarta, 
penghujung Oktober 2017
YIR