Ruangan kedai kopi yang bernama Giyanti itu tidak besar --cenderung
kecil malah—tapi suasananya hommy banget!
Apa yang buat hommy? Pertama-tama, design interior ruangannya unik banget. Di
dindingnya banyak terdapat tulisan-tulisan inspiratif, salah satunya: teach me how to serve. Ada mesin penggiling
kopi yang mejeng di sana. Kursi-kursi dibuat berdekatan dan didesign secara
unik. Ada kursi model ayunan yang kucoba dengan perasaan sedikit gentar karena
takut jatuh. Hehehhe… Just intermezzo, di pojok ruangan indoor ada bule ganteng yang enak dipandang. :P
Sayangnya ruangannya penuh, jadi aku hanya bisa memandangi dari luar jendela
kaca. hehehhe.
Selain ruangannya, yang buat
hommy adalah kualitas pelayanannya. Hendri, pemilik kedai kopi itu, datang ke
tempat duduk kami (aku, Ka Linna dan Pak Sahat) untuk minta masukan mengenai
rasa kopinya. Selain itu, dia juga mengajak kami untuk melihat proses pembuatan
kopinya. Yang paling menarik, Hendri menceritakan idealismenya dalam mengelola
kedai kopi ini. Begini katanya:
“Kita hanya buka sampai jam 6 sore, untuk mengajarkan orang bagaimana
minum kopi yang sehat. Ini ada kaitannya dengan metabolism tubuh. Kami juga
hanya membuka toko dari hari Rabu sampai Sabtu. Aku seperti egois sich, tapi
Minggu itu hari istirahat. Hari Senin sampai Rabu kita mengolah kopi sendiri.
Kami ambil kopi dari Jawa Tengah yang hampir punah. Tujuannya biar orang
menanam dan melestarikan. Aku punya mimpi untuk buat perpustakaan di tengah
kebun kopi agar masyarakat bisa mengembangkan kopi itu. Di kedai kopi ini, kami
menawarkan keramah-tamahan, budaya Indonesia yang selalu diajarkan orang tuaku.”
Cerita Hendri itu inspiratif banget buatku. Wow…
mantap! Aku belajar arti hospitalitas. Hospitalitas adalah soal nilai yang ada
di hati kita. Dan nilai itu bukan sekadar omong kosong, mereka mengkongkretkannya dalam bentuk ruang dan tindakkan. Yup, soal ruangan: bagaimana kita menciptakan
ruangan yang hommy dan gak kaku. Soal tindakkan adalah bagaimana kita mau
terbuka untuk bicara dengan orang asing. Yeah: connecting people, kayak iklan gadget itu loh…
Oh iya, ada lagi satu hal yang
menarik dan menujukkan hospitalitas yang tinggi. Salah satu pelayan Giyanti ada
yang berkebutuhan khusus. Walau aku agak susah berkomunikasi dengan dia ketika
memesan minuman, aku mengapresiasi penerimaan kedai kopi ini terhadap orang
yang berkebutuhan khusus. Ketika dunia menertawakan mereka, kedai kopi ini
justru mengapresiasi dan memberdayakan dia.
Tuhan, aku pengen gereja bisa
terbuka dan belajar dari kedai kopi ini. Asik banget deh kalau gereja kita jadi
hommy banget. Asik banget kalau ada
tempat nongkrong yang santai dan cair untuk berhospitalitas. Rasanya indah kalau anak kecil, orang
muda sampai oma-oma bisa kongkow-kongkow bareng. Rasanya bahagia kalau gak ada
lagi orang yang menertawakan orang berkebutuhan khusus. Aku yakin, ini bukan
cuman mimpiku, tapi mimpi Tuhan juga. Yup, sebagaimana Tuhan juga punya
rancangan damai sejahtera buat kita semua di mana serigala dan anak domba bisa sama-sama
makan rumput. Tidak ada yang berbuat jahat atau busuk…
Jakarta,
20 Agustus 2014
YIL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar