Teks: 1 Raja-raja 19:1-8
Pendahuluan
Saudara-saudara, pernahkah Anda
merasa jenuh melayani? Saya pernah merasakan kejenuhan itu. Dalam pelayanan
saya, saya menemukan diri saya bahkan tidak sanggup lagi berefleksi dan menulis
khotbah. Saya menghadiri rapat-rapat (yang banyak di gereja saya) dengan tiada
bergairah. Faktanya adalah seperti penggalan lagu yang dinyanyikan group band
Dewa “Tubuhku ada di sini, tetapi tidak
jiwaku, KOSONG yang hanya kurasakan.” Ya, saya pernah merasakan saat-saat
ketika saya merasa kosong. Bahkan, terus terang ketika menulis refleksi ini pun
saya masih bergumul dengan masalah burn
out. Dan di kalangan pendeta sendiri,
burn out alias kehilangan semangat melayani itu sering terjadi.
Di
Alkitab kita, kita juga menemukan Nabi Elia yang sedang mengalami titik burnout dalam pelayanannya. Bayangkan,
seorang nabi besar yang mengalahkan ribuan baal sekalipun pernah masuk dalam
titik burn out. Perhatikan
kata-katanya bahwa ia sampai ingin mati saja. Ia meminta Tuhan mencabut nyawanya.
Dampak burn out memang mengerikan.
Saya sendiri menemukan, ketika saya berada di dalam titik burn out, saya menjadi seseorang yang apatis, cuek dan galak. Saya
menjadi tidak peduli pada orang lain, bahkan ketika persoalannya berat
sekalipun. Persoalan burn out bahkan merembet ke mana-mana, bisa ke pelayanan
dan bahkan ke rumah tangga kita sekalipun. Karena orang yang burn out menjadi
lupa akan kasih mula-mula dan semagat melayani yang besar.
Sharing
1. Pernahkan
Anda mengalami burn out?
2. Apa
penyebabnya?
3. Apa
ciri-cirinya dalam pelayanan?
4. Apa
dampaknya?
Tafsiran dan
Aplikasi
Saudara, dari segala hal yang tadi disebutkan, kita dapat
menarik suatu kesimpulan bahwa burn out terjadi karena diri kita mengalami
tekanan. Bentuk tekanannya bisa berbeda-beda. Ada yang tekanannya karena load pekerjaan yang banyak. Ada yang
tekanannya karena konflik yang melelahkan. Ada yang tekanannya karena ia merasa
sendiri dalam pelayanan. Ada yang tekanannya karena kejenuhan atas pekerjaan
yang sudah menjadi rutinitas. Biasanya, sumber burn out terbesar di dalam suatu komunitas adalah konflik. Kenapa
seseorang keluar? Karena konflik. Begitu juga nabi Ella. Dia merasa lelah
karena konflik yang berkepanjangan dengan Izebel. Ia takut karena Ratu Izebel
hendak membunuhnya. Ia merasa sendirian berjuang.
So, bagaimanakah
solusinya? Bagaimana agar semangat pelayanan itu tetap hidup dalam diri kita?
1. Pekalah dengan
sapaan Tuhan melalui para sahabat
Pertama-tama saya ingin menekankan bahwa penyelesaian burn out agar berubah menjadi semangat
pelayanan terletak pada Tuhan dan kita. Dalam teks kita, kita melihat bahwa
Tuhan tidak membiarkan nabi Elia seorang diri ketika mengalami burn out. Karena itu, kita harus peka
pada sapaan Tuhan. Ada orang yang memang jika burn out dia tidak peduli dengan apapun dan tidak mau bangkit.
Yakinlah, Tuhan menempatkan malaikat-malaikat penghilang burn out di sekeliling
kita. Mungkin, malaikat itu hadir dalam rupa anak kita yang memberi keceriaan.
Mungkin pula, malaikat hadir dalam rupa teman kita yang memberi dukungan dan
nasihat. Namun, mungkin ada yang datang melalui sahabat yang sedang banyak
masalah. Saudara, percaya tidak percaya, kalau saya burn out, missal karena
pekerjaan menyiapkan khotbah yang menumpuk, Tuhan justru mendatangkan lagi
banyak pekerjaan berupa orang yang konseling. Dan konseling itu memakan waktu.
Namun, pada saat mendoakan dia, saya merasa Tuhan bicara, “Perhatikanlah orang
lain dan percayalah kepada-Ku, Aku akan membantumu menyelesaikan
tugas-tugasmu.”
2. Jadilah malaikat
Tuhan!
Tuhan Allah memperhatikan nabi Elia dengan mengutus
malaikatnya yang menyuruhnya bangun dan makan. Bayangkan saja, pada saat itu
dalam pelariannya ia tidak sempat makan dan energinya habis. Tuhan mendatangkan
seorang sahabat bagi Elia untuk berjuang. Karena itu, Tuhan juga bisa mengutus
kita untuk menjadi sahabat bagi orang-orang yang burn out. Pertanyaannya, bagaimanakah cara untuk menjadi malaikat
Tuhan?
ð
Kisah seorang Narapidana yang perlu penerimaan.
Janganlah menjadi hakim, jadilah sahabat. Cermati penggunaan kata-kata
“Mestinya, seharusnya, salah sih…” Gantilah dengan kata “Saya mengerti, saya
menerima kamu, saya percaya kamu bisa berubah.”
ð
Maukah kita menjadi malaikat Tuhan?
Selamat semangat melayani, saya percaya PS Sentosa dapat
menjadi sahabat bagi setiap anggotanya dan saling mendukung agar kita terus
semangat dalam melayani. “Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu, demikianlah
kamu memenuhi hukum Kristus.”
Jakarta, 7 November
2014
Writing in a burn
out moment
YIL
Tidak ada komentar:
Posting Komentar