Sudah lama aku merindukan seekor anjing. Apalagi sejak aku
SD hingga SMA selalu memelihara anjing. Namun, panggilan kependetaan ini
membuat aku realistis. Hidupku nomaden dan belum ada pastori. Jadi, aku
realistis untuk tidak merawat seekor anjing.
Setelah penahbisanku, aku berkunjung ke rumah Mas Bopha dan
istri, seorang rekan pendeta di Bandung. Perkunjungan ini semakin membuatku
ingin memiliki seekor anjing karena mereka memelihara seekor anjing yang
bernama Rudolf. Rodolf memiliki bulu yang putih dan perawakan yang cukup besar.
Aku senang sekali kalau main ke rumahnya dan memeluk serta dijilat oleh Rudolf.
Rasanya, aku ingin banget punya seekor anjing yang berbulu putih namun badannya
kecil dan tidak sebesar Rudolf. Maklum, badanku kecil dan tenagaku juga gak
banyak.
Setelah ditahbis dan tahu akan masuk ke rumah pastori, aku
mulai mencari orang yang menghibahkan anjing. Mulai dari Ibu Julia (Istri Pdt.
Robby) yang menawarkan anak-anak anjingnya. Sayang sekali, waktu ditanya
katanya sudah diadopsi oleh orang lain. Aku juga sudah bergabung dengan
komunitas anjing hibah. Namun, sayang sekali anjing-anjing yang dihibahkan
tidak berjodoh dengan saya. Saya selalu terlambat mengadopsi. Entahlah, rasanya
makin dicari, makin tidak mendapat. Sampai akhirnya saya pun sudah tidak
kepikiran ingin anjing lagi. Barangkali begitulah kehidupan, tidak hanya untuk
perihal anjing saja.
Tiba-tiba, hari ini, seorang remaja putri namanya Joanne, mengirim
whatsApp kepadaku. Dia bertanya, “Aku dengar dari Kak Linna, katanya Kak
Yesie sedang mencari anjing yah?” Sontak aku terkejut dan bilang iya donk. Dia
pun menceritakan bahwa dia sedang mencari adopter untuk anjingnya. Dengan
segera aku bilang mau (padahal belum lihat anjingnya) hehehehe.... Just intuition loh..
Setelah aku bilang mau, Joanne segera mengirim foto
anjingnya. Ternyata Milo lucu banget. Dan anjing selucu ini punya kisah yang
menyedihkan. Anjing ini ditemukan sedang mengorek-ngorek tempat sampah di
seputaran Kayu Putih. Tubuhnya kurus dan tidak sehat lagi. Joanne mencari-cari
pemiliknya, namun tidak ada yang mengaku. Joanne iba dan takut Milo ketabrak,
sehingga Milo dibawanya ke dokter hewan. Joanne memandikan dan membersihkannya.
Sudah beberapa hari ini Joanne mencari seorang adopter, namun ia tidak
menemukannya. Katanya, “Aku sampai stress mencari adopter.” Aku mengerti sih,
barangkali di apartemennya tidak boleh memelihara anjing. Lalu, saat aku
berkata mau jadi adopternya, Joanne menangis. In His Time, katanya! Waktu Tuhan selalu tepat.
Dan sekarang, aku siap menyambut Milo, yang diambil dari
tempat sampah. Entah karena dia dibuang oleh pemiliknya atau entah dia kabur
sehingga hidup di tempat sampah. Walaupun diambil dari tempat sampah, Milo
berharga. Milo sama seperti diri kita yang diangkat oleh Tuhan dari lumpur
rawa. Setidaknya, saya jadi ingat Mazmur 40:2-3, “Aku sangat menanti-nantikan
TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong. Ia
mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku
di atas bukit batu, menetapkan langkahku.”
Akhir kata, barangkali beginilah hidup. Berani berjalan
dalam misteri bersama dengan Tuhan. Kadang ketika kita menginginkan sesuatu, Tuhan
belum ataupun tidak memberikannya, seperti pencarian anjing ini. Barangkali Tuhan
menimbang waktu yang tepat untuk semua pihak, tidak hanya untuk kita. Betul
kata Pengkhotbah, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah
kolong langit ada waktunya.... Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya;
bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat
menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”
Welcome home Milo!
I believe that today is the right time that
God has made for us to meet. J
Jakarta, 18 Juli
2016
YIR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar