Oma adalah orang yang paling pertama saya kunjungi saat saya
memasuki masa perkenalan di GKI Kayu Putih, di akhir Februari 2013. Setahun setengah
yang lalu, oma masih ceria. Oma masih suka duduk di luar, melihat orang lalu lalang.
Oma senang bercerita tentang anak-anak dan cucu-cucunya. Semua yang dikisahkannya
adalah hal yang baik-baik. Kadang dia bilang bahwa dia kesepian, tapi dia mengerti
kesibukan anak-anak dan cucu-cucunya. Oma sangat rindu dengan cucu terdekatnya yang
berada di Australia. Kalau tidak salah oma pernah merawatnya semasa ia kecil. Ia
sayang sekali pada keluarganya. Oma adalah orang yang ramah. Ia meminta kami makan
biskuit yang diberikannya. Katanya harus dicoba karena perjalanan untuk melawat masih panjang. Di penghujung kunjungan, oma minta
didoakan. Ia tidak minta didoakan untuk dirinya sendiri. Ia minta anak-anaknya yang
didokan. Terutama cucu-cucunya, apalagi yang jauh di Australia.
Kunjungan tetakhir saya adalah beberapa bulan lalu. Oma tampaknya
sedang tidak enak badan. Oma bilang tulangnya sakit semua. Ia tidak kuat duduk.
Kami mendoakannya di kasur. Tapi sebelum berdoa dia minta anak cucunya didoakan.
Setelah berdoa, dia teringat bahwa kami belum makan kue. Maka dengan sedikit memaksa,
ia mendesak kami dengan nafasnya yang terengah-engah agar kami makan kue. Saya terharu
saat itu.
Bagi saya Oma mengajarkan arti keramah tamahan dan cinta kasih.
Ia begitu terbuka menerima kami yang mengunjunginya. Bahkan di tengah kesakitan,
ia masih ingat untuk menyuguhi kami kue. Sungguh saya merasa pengalaman ini jarang
sekali dijumpai kita, masyarakat di kota besar yang sibuk dengan diri masing-masing.
Ia mengajarkan kepada saya arti tidak mementingkan diri.
Oma juga mengajarkan saya arti cinta kasih kepada keluarga. Oma paham kesibukan anak-anak dan cucunya. Namun, ia tetap mendoakan. Begitu sayangnya pada keluarganya, sehingga ia selalu menceritakan kisah keluarganya yang ada di dindingnya. Bahkan, si mbak mengatakan bahwa ia begitu girang setiap kali mendapat telepon dari cucunya yang berada di Australia.
Sekarang Oma sudah pulang. Oma tidak lagi merasa sakit dan linu di tulangnya. Di usianya yang sudah lanjut. Namun satu hal yang pasti ada hal yang sungguh nyata dalam diri Oma, oma sudah menjadi surat Kristus yang terbuka dan dibaca semua orang, sebagaimana yang ditulis Paulus dalam 2 Korintus 3:2-3 "Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang. Karena telah ternyata, bahwa kamu adalah surat Kristus, yang ditulis oleh pelayanan kami, ditulis bukan dengan tinta, tetapi dengan Roh dari Allah yang hidup, bukan pada loh-loh batu, melainkan pada loh-loh daging, yaitu di dalam hati manusia."
Saudara, Paulus berpesan kepada jemaat Korintus agar menjadikan
dirinya surat yang terbuka. Dengan menjadi surat terbuka, maka kemuliaan Tuhan akan
dinyatakan sehingga kerasulan Paulus pun tidak diragukan. Pada saat itu sedang muncul
fenomena penulisan surat. Seorang guru akan diakui kalau muridnya memuji-muji dia
dan menyaksikan kehebatan sang guru. Namun, Paulus berpendapat bahwa hal tersebut
tidaklah perlu. Menurut Paulus setiap orang adalah "iklan" dalam kekristenan.
Kemuliaan Kristus ada di dalam diri pengikut-Nya. Sebagaimana perumpamaan yang
dikatakan Barclay: kita mengenal penjaga toko berdasar barang yang dijualnya. Kita
mengenal pembuat barang dari barang yang kita pakai. Kita menilai gereja berdasarkan
tindakkan manusia di dalamnya.
Kehidupan Oma menjadi surat Kristus bagi saya dan juga keluarga.
Surat itu tidak dapat terbakar oleh api dan tidak basah oleh air. Surat itu tidak
lapuk dimakan rayap. Ya, karena surat itu hidup dalam hati kita semua yang pernah
mengenal Oma, khususnya keluarga. Mengapa? Karena yang mengisi kehidupannya adalah
Roh Allah. Roh Allahlah yang menuntun pelayanannya. Dalam peristiwa pelawatan itu
tidak hanya oma yang terlayani. Kami pun dilayani dengan nilai keramahtamahan dan
cinta kasih yang ia nyatakan.
Roh Allah itu menghidupkan. Buktinya kasihnya masih kita rasakan walaupun ia sudah meninggal. Ya, sebagaimana yang tertulis dalam Yohanes 11:25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. Sekarang tinggal kita yang melanjutkan karya oma di dalam hidup ini untuk menjadi surat Kristus.... Percayalah kita pun kelak akan hidup walaupun sudah mati.
Roh Allah itu menghidupkan. Buktinya kasihnya masih kita rasakan walaupun ia sudah meninggal. Ya, sebagaimana yang tertulis dalam Yohanes 11:25 Jawab Yesus: "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. Sekarang tinggal kita yang melanjutkan karya oma di dalam hidup ini untuk menjadi surat Kristus.... Percayalah kita pun kelak akan hidup walaupun sudah mati.
YIR
Yogjakarta-Jakarta, Senja
Utama
created for O Wiryani's remembering service
Tidak ada komentar:
Posting Komentar