Sabtu, 23 Februari 2019

Mengasihi dalam Kerapuhan

Hari ini, tepat tiga tahun rahmat Tuhan dinyatakan dalam peringatan ibadah penahbisanku, 22 Februari 2016. Seperti biasa, di setiap tahun di tanggal penahbisan, aku mengambil cuti sejenak. Diam dan merenungkan perjalanan yang kadang tak mudah ini.


Aku sadar bahwa tanpa pertolongan Tuhan, tidak mungkin tiga tahun ini dapat dilalui. Dalam suka dan duka, Tuhan mengajarkanku untuk menyadari bahwa di antara serpihan kerapuhan dalam diriku, ada kekuatan yang dari Tuhan. Ya, kekuatan itu asalnya dari Tuhan karena aku sadar bahwa diriku bukan siapa-siapa. Tetap aku yang kecil dan rapuh.

Di tahun ketiga ini, Tuhan mengajarkan aku arti hidup dalam kehendak Tuhan. Dulu, aku berpikir bahwa kehendakku yang terbaik. Aku mempertahankan apa yang seharusnya kulepaskan. Namun, di tahun ketiga ini aku belajar untuk mengenali kehendak Tuhan. Pelan-pelan, aku belajar meyakini bahwa kehendak-Nya begitu indah. Bahkan, aku belajar mendoakan untuk berani melepaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan di hidupku. Discernment dan beriman menjadi dua kata kunci. Apalagi pengharapan adalah hal yang sangat sulit bagi orang sepertiku, yang barangkali sudah terlahir skeptis.

Dalam proses _discernment_ akhir-akhir ini, aku semakin disadarkan bahwa cinta kasih adalah hal yang terutama di dalam perjalanan panjang ini. Iman, pengharapan dan kasih. Kasih lah yang paling utama. Bahkan, ketika aku harus mengambil pilihan-pilihan sulit, cinta kasihlah yang menjadi dasar. Cinta kasih mengalahkan rasa takut dan trauma yang ada pada diriku dan banyak orang. Walaupun perjalanan ini misteri, cinta kasih lah yang menjadi modal utama untuk melangkah bersama Sang Cinta.

Dalam perenungan itu, aku menemukan bahwa di dalam cinta kasih ada damai sejahtera. Ya, kasih yang melampaui ketakutan dan membuahkan damai sejahtera. Khususnya, ketika hari ini, di tanggal ini, aku kembali membuat keputusan yang akan berdampak panjang di dalam hidupku. Semoga, aku tidak salah membaca kehendak Tuhan. Khususnya saat aku merasa bahwa semua tanda-tanda dan perenungan menuntunku dalam sebuah keyakinan bahwa pilihan ini adalah kehendak Tuhan. Ada hasrat hati yang harus kubunuh, ketika Tuhan menunjukkan hal-hal yang hanya menjadi ambisi dan pelarian di dalam hidupku. Sungguh, Tuhan seperti membuka  lembaran hidupku satu per satu, dan aku menyadari bahwa dalam banyak hal Tuhan memulihkan aku.

Malam ini, aku mendengar sebuah lagu yang indah. Setidaknya lagu ini melambangkan pergumulanku di tahun penahbisanku yang ketiga. Kiranya lagu ini juga menjadi doa agar Tuhan menolongku untuk selalu mencari kehendak Tuhan dan berserah penuh di dalam kerapuhanku. Kiranya lagu ini terus mengingatkan aku bahwa hal yang terutama adalah cinta kasih, dan di dalamnya akan kutemukan damai sejahtera walaupun aku tahu bahwa trauma itu tidak semerta-merta hilang. Kiranya Tuhan memakai aku untuk mengingatkan umat untum menemukan kasih  sebagai hal yang terhilang, sebagaimana hal itu hilang di jemaat Efesus (band kitab Wahyu)
 Semoga, Tuhan Yesus menolongku untuk semakin kuat.

KJ 441: Ku Ingin Menyerahkan

Ku ingin menyerahkan seluruh hidupku,
sekalipun tak layak, kepada Tuhanku.
Kubunuh keinginan dan hasrat hatiku,
supaya hanya Tuhan mengisi hidupku.


Di waktu kesusahan tak usah 'ku gentar;
dib'riNya perlindungan, hatiku pun segar.
DarahNya dicurahkan, nyawaNya pun dib'ri,
teruraslah jiwaku, hidupku berseri.

Tentu beban tak tanggal, lenyap serta merta,
dan salib yang kupikul tak jatuh segera.
Kendati demikian, bertambah dayaku,
sebab pengasihanNya menopang hidupku

Setiap aku jatuh, dirangkul 'ku erat,
tak kunjung dibiarkan anakNya tersesat.
Dan RohNya menerangkan kasihNya yang besar,
sehingga dalam susah hatiku bergemar

Dalam perenungan,
22 Feb 2019.