Jumat, 28 Januari 2022

Menyatakan Kebenaran

 Tanggal 23 Januari 2022 lalu, muncul sebuah memory di fb saya. Isinya, "It is better to tell the truth and makes someone cry, than lies and makes someone smile." Kutipan ini ditulis oleh Paulo Coelho. Saya merenung cukup lama, karena memang akhir-akhir ini saya merenungkan tentang kebenaran. Dulu, saya orang yang sangat apa adanya, blak-blakan dalam menyatakan sesuatu. Tidak heran, mungkin beberapa orang tidak menyukai saya. 

Sejak memasuki proses kependetaan, saya seperti menahan dalam-dalam keinginan untuk menyampaikan sesuatu yang benar. Padahal pada janji kependetaan, ada satu unsur untuk bereni menegur saat melihat kesalahan. Efeknya, ya secara psikologis saya tertekan. 

Di sisi lain, saya menyaksikan efek dari keengganan saya menyatakan kebenaran. Kejahatan terulang, ketidak-adilan terjadi, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, ada kasus-kasus yang saya simpan, karena saya berharap orang-orang tersebut berubah. Faktanya harapan saya adalah harapan semu. Kekerasan terulang. Kalimat-kalimat kasar diungkapkan kembali. Spiritual abuse bahkan pelecehan seksual terulang. Menyaksikan hal-hal tersebut membuat saya menyesal dan saya ingin kembali belajar untuk menyatakan kebenaran yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Saya belajar bagaimana menyatakan kebenaran dengan kasih. Saya mengambil sebuah kelas, yang juduldya self-compassion. Di kelas itu diajarkan bagaimana menyatakan kekecewaan, kesedihan, kritik, dan kebenaran dengan baik. Saya mencoba mempraktikkannya, namun ternyata ga selalu sukses. Bagaimanapun juga, faktanya ada orang-orang yang sangat resistan dan tidak mau menerimanya. Di tengah resistensi ini, saya belajar satu hal: menyatakan kebenaran memang mengandung resiko. Tuhan Yesus pun mengambil resiko itu, saat Ia berani menyatakan kebenaran. Well, jujur sakit sih. Kadang yang dipandang teman pun mengambil langkah menutup diri dan menjauhi kita. Atau dałam taraf yang lebih jahat lagi, terkadang ada politik-politik yang diluncurkan untuk menutupi kebenaran itu. Namun, itu resiko dari menyatakan kebenaran. Akan ada yang hilang, namun akan ada yang didapat. Minimal, saya lega dan damai setelah menyatakan kebenaran. The sleepless night has already gone, because the truth is already revealed. 

Saya takut tahun ini akan menjadi tahun ketika saya harus mengungkapkan berbagai kebenaran. Doa saya, kiranya Tuhan menolong saya untuk jernih melihat kebenaran yang dari pada-Nya, kebenaran sejati yang membawa kehidupan. Kiranya saya juga yakin bahwa ungkapan kebenaran itu bukan berasal dari kekuatan dan kepandaian saya, namun karena Tuhan sendiri yang memunculkan kebenaran dan keadilan seperti terang dan siang.