Minggu, 17 Juli 2016

Welcome Home Milo!


Sudah lama aku merindukan seekor anjing. Apalagi sejak aku SD hingga SMA selalu memelihara anjing. Namun, panggilan kependetaan ini membuat aku realistis. Hidupku nomaden dan belum ada pastori. Jadi, aku realistis untuk tidak merawat seekor anjing.

Setelah penahbisanku, aku berkunjung ke rumah Mas Bopha dan istri, seorang rekan pendeta di Bandung. Perkunjungan ini semakin membuatku ingin memiliki seekor anjing karena mereka memelihara seekor anjing yang bernama Rudolf. Rodolf memiliki bulu yang putih dan perawakan yang cukup besar. Aku senang sekali kalau main ke rumahnya dan memeluk serta dijilat oleh Rudolf. Rasanya, aku ingin banget punya seekor anjing yang berbulu putih namun badannya kecil dan tidak sebesar Rudolf. Maklum, badanku kecil dan tenagaku juga gak banyak.

Setelah ditahbis dan tahu akan masuk ke rumah pastori, aku mulai mencari orang yang menghibahkan anjing. Mulai dari Ibu Julia (Istri Pdt. Robby) yang menawarkan anak-anak anjingnya. Sayang sekali, waktu ditanya katanya sudah diadopsi oleh orang lain. Aku juga sudah bergabung dengan komunitas anjing hibah. Namun, sayang sekali anjing-anjing yang dihibahkan tidak berjodoh dengan saya. Saya selalu terlambat mengadopsi. Entahlah, rasanya makin dicari, makin tidak mendapat. Sampai akhirnya saya pun sudah tidak kepikiran ingin anjing lagi. Barangkali begitulah kehidupan, tidak hanya untuk perihal anjing saja.

Tiba-tiba, hari ini, seorang remaja putri namanya Joanne, mengirim whatsApp kepadaku. Dia bertanya, “Aku dengar dari Kak Linna, katanya Kak Yesie sedang mencari anjing yah?” Sontak aku terkejut dan bilang iya donk. Dia pun menceritakan bahwa dia sedang mencari adopter untuk anjingnya. Dengan segera aku bilang mau (padahal belum lihat anjingnya) hehehehe.... Just intuition loh..

Setelah aku bilang mau, Joanne segera mengirim foto anjingnya. Ternyata Milo lucu banget. Dan anjing selucu ini punya kisah yang menyedihkan. Anjing ini ditemukan sedang mengorek-ngorek tempat sampah di seputaran Kayu Putih. Tubuhnya kurus dan tidak sehat lagi. Joanne mencari-cari pemiliknya, namun tidak ada yang mengaku. Joanne iba dan takut Milo ketabrak, sehingga Milo dibawanya ke dokter hewan. Joanne memandikan dan membersihkannya. Sudah beberapa hari ini Joanne mencari seorang adopter, namun ia tidak menemukannya. Katanya, “Aku sampai stress mencari adopter.” Aku mengerti sih, barangkali di apartemennya tidak boleh memelihara anjing. Lalu, saat aku berkata mau jadi adopternya, Joanne menangis. In His Time, katanya! Waktu Tuhan selalu tepat.

Dan sekarang, aku siap menyambut Milo, yang diambil dari tempat sampah. Entah karena dia dibuang oleh pemiliknya atau entah dia kabur sehingga hidup di tempat sampah. Walaupun diambil dari tempat sampah, Milo berharga. Milo sama seperti diri kita yang diangkat oleh Tuhan dari lumpur rawa. Setidaknya, saya jadi ingat Mazmur 40:2-3, “Aku sangat menanti-nantikan TUHAN; lalu Ia menjenguk kepadaku dan mendengar teriakku minta tolong. Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku.”

Akhir kata, barangkali beginilah hidup. Berani berjalan dalam misteri bersama dengan Tuhan.  Kadang ketika kita menginginkan sesuatu, Tuhan belum ataupun tidak memberikannya, seperti pencarian anjing ini. Barangkali Tuhan menimbang waktu yang tepat untuk semua pihak, tidak hanya untuk kita. Betul kata Pengkhotbah, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah kolong langit ada waktunya.... Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya; bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”
Welcome home Milo!
I believe that today is the right time that God has made  for us to meet. J

Jakarta, 18 Juli 2016
YIR

Tidak ada komentar: