Rabu, 22 Agustus 2012

Virus Pengkhotbah ala Klinik Tong Fang


 Sudah 3 tahun saya terkena kencing manis.
Setelah saya berobat ke Klinik Tong Fang, kencing saya menjadi asin!
Terima kasih Klinik Tong Fang.”
(disadur dari www.sidomi.com)

Kita mungkin tertawa saat membaca iklan di atas. Iklan di atas mungkin sudah tak asing bagi kita. Iklan di atas adalah sebuah plesetan dari iklan Klinik Tong Fang di Jakarta. Plesetan ini muncul dan mewabah karena iklan Klinik Tong Fang dianggap berlebihan. Fenomena plesetan iklan ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah tidak lagi percaya pada para penipu iklan. Saya menduga, para pekerja dan pembuat iklan di klinik Tong Fang pun belum pernah merasakan khasiat penyembuhan dari Klinik Tong Fang. Ya, tong kosong nyaring bunyinya. Mereka mengiklankan sesuatu yang tidak mereka buktikan sendiri.
Virus iklan Klinik Tong Fang dapat menghampiri kehidupan siapa saja. Tatkala kita mengucapkan sesuatu yang tidak dapat kita lakukan, kita harus waspada karena kita bisa saja sedang terjangkit virus itu. Menurutku, yang paling rentan terjangkit virus itu adalah para motivator dan para pengkhotbah. Motivator dan pengkhotbah dapat mengeluarkan sejuta kata hingga berbusa, namun belum tentu mereka dapat melakukannya. Mereka berselancar dengan lidah tanpa tulang, ibarat seorang komentator bola yang dengan pedasnya memberi komentar namun sesungguhnya ia tidak dapat bermain bola.
Aku sendiri merasa terjangkit virus ini. Pernah suatu ketika, aku merasa berat untuk berkhotbah tentang pengendalian diri. Untuk menulis khotbah saja aku enggan. Kusadari bahwa diriku pun masih sulit untuk mengendalikan diri terhadap kecanduan yang kualami. Ya, kecanduan bermain games. Aku pernah menghabiskan waktu hampir seharian hanya untuk bermain games di notebook. Padahal waktu itu dapat kuisi dengan hal yang lebih berguna. Tapi aku masih saja melakukannya. Ah, sungguh benar apa yang diungkapkan Martin Luther! Simmul peccator et iustus!
Walaupun kita mungkin bukan pengkhotbah atau motivator, kita berkemungkinan untuk terjangkit virus ini. Misalnya, sebagai orang tua, kita mengajarkan kedisiplinan pada anak, tapi kita sendiri tidak berdisiplin dalam berlalu lintas. Sebagai sahabat, kita dapat memberikan nasihat pada sahabat yang putus cinta. Akan tetapi, nasihat itu tidak dapat kita lakukan saat kita sendiri yang putus cinta. Kita berteriak-teriak mengumandangkan keadilan dan anti korups namun kita sendiri tidak adil dan gemar korupsi. Ah, Tong Fang banget sich!
Hmmmh, semoga kita semua mulai waspada akan virus pengkhotbah ala Tong Fang. Menyadari bahwa kita masih terjerat virus pengkhotbah ala klinik Tong Fang adalah sesuatu yang baik. Itu berarti kita masih memiliki rasa malu pada Tuhan yang Maha Tahu. Namun, terjerat dalam rasa tak layak yang berlarut-larut karena terjangkit virus ini juga tidaklah sehat. Aku menyadarinya setelah menerima pesan dari seorang sahabat yang kukenal pada saat Bina Kader. Siang ini, ia mengirimkan sebuah pesan yang sangat berarti bagiku. Ia mengutip tulisan John of the Climacus. “If some are still dominated by their former bad habits, and yet can teach by mere words, let them teach... For perhaps, being put to shame by their own words, they will eventually begin to practice what they teach.”

Aku tak mungkin lepas dari virus pengkhotbah ala Klinik Tong Fang jika aku tidak berpaut pada Allah. Ya, Allah bebaskanlah aku dari perangkap rasa malu yang berlarut-larut yang membuatku menjauh dariMu. Namun, tambahkan rasa malu yang sehat dalam diriku agar aku terus belajar melakukan apa yang aku katakan atau khotbahkan.

YIL, Temanggung 22 Agustus 2012

Tidak ada komentar: