Sudah 3 tahun saya terkena
kencing manis.
Setelah saya berobat ke
Klinik Tong Fang, kencing saya menjadi asin!
Terima kasih Klinik Tong
Fang.”
(disadur dari www.sidomi.com)
Kita mungkin tertawa saat membaca iklan di atas. Iklan di atas mungkin sudah tak asing bagi kita. Iklan di atas adalah sebuah plesetan dari iklan Klinik Tong Fang di Jakarta. Plesetan ini muncul dan mewabah karena
iklan Klinik Tong Fang dianggap berlebihan. Fenomena plesetan iklan ini menunjukkan bahwa masyarakat sudah tidak lagi
percaya pada para penipu iklan. Saya menduga, para pekerja dan pembuat iklan di
klinik Tong Fang pun belum pernah merasakan khasiat penyembuhan dari Klinik
Tong Fang. Ya, tong kosong nyaring bunyinya. Mereka mengiklankan sesuatu yang
tidak mereka buktikan sendiri.
Virus iklan Klinik Tong Fang dapat menghampiri kehidupan
siapa saja. Tatkala kita mengucapkan sesuatu yang tidak dapat kita lakukan,
kita harus waspada karena kita bisa saja sedang terjangkit virus itu. Menurutku, yang paling rentan terjangkit virus itu adalah para motivator dan para
pengkhotbah. Motivator dan pengkhotbah dapat mengeluarkan sejuta kata hingga
berbusa, namun belum tentu mereka dapat melakukannya. Mereka berselancar dengan
lidah tanpa tulang, ibarat seorang komentator bola yang dengan pedasnya memberi
komentar namun sesungguhnya ia tidak dapat bermain bola.
Aku sendiri merasa terjangkit virus ini. Pernah suatu ketika, aku merasa berat untuk berkhotbah
tentang pengendalian diri. Untuk menulis khotbah saja aku enggan. Kusadari
bahwa diriku pun masih sulit untuk mengendalikan diri terhadap kecanduan yang kualami.
Ya, kecanduan bermain games. Aku pernah menghabiskan waktu hampir seharian hanya untuk bermain games di notebook. Padahal waktu itu
dapat kuisi dengan hal yang lebih berguna. Tapi aku masih saja melakukannya. Ah, sungguh benar apa yang diungkapkan
Martin Luther! Simmul peccator et iustus!
Walaupun kita mungkin bukan pengkhotbah atau motivator, kita berkemungkinan untuk terjangkit virus ini. Misalnya, sebagai orang tua, kita mengajarkan kedisiplinan pada anak, tapi kita sendiri tidak berdisiplin dalam berlalu lintas. Sebagai sahabat, kita dapat memberikan nasihat pada sahabat yang putus cinta. Akan tetapi, nasihat itu tidak dapat kita lakukan saat kita sendiri yang putus cinta. Kita berteriak-teriak mengumandangkan keadilan dan anti korups namun kita sendiri tidak adil dan gemar korupsi. Ah, Tong Fang banget sich!
Hmmmh, semoga kita semua mulai waspada akan virus pengkhotbah ala Tong Fang. Menyadari bahwa kita masih terjerat virus pengkhotbah ala
klinik Tong Fang adalah sesuatu yang baik. Itu berarti kita masih memiliki rasa
malu pada Tuhan yang Maha Tahu. Namun, terjerat dalam rasa tak layak yang
berlarut-larut karena terjangkit virus ini juga tidaklah sehat. Aku menyadarinya setelah menerima pesan
dari seorang sahabat yang kukenal pada saat Bina Kader. Siang ini, ia
mengirimkan sebuah pesan yang sangat berarti bagiku. Ia mengutip tulisan John
of the Climacus. “If some are still
dominated by their former bad habits, and yet can teach by mere words, let them
teach... For perhaps, being put to shame by their own words, they will
eventually begin to practice what they teach.”
Aku tak mungkin lepas dari virus pengkhotbah ala Klinik
Tong Fang jika aku tidak berpaut pada Allah. Ya, Allah bebaskanlah aku dari perangkap
rasa malu yang berlarut-larut yang membuatku menjauh dariMu. Namun, tambahkan
rasa malu yang sehat dalam diriku agar aku terus belajar melakukan apa yang aku
katakan atau khotbahkan.
YIL, Temanggung 22 Agustus 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar