Minggu, 08 Januari 2012

TERANG YANG MEMBAWA KEADILAN

`Kamis, 5 Januari 2012
Mazmur 72:1-7

Beberapa waktu lalu, saya membaca sebuah berita yang isinya adalah kritikan Hikmahanto Juwana, Guru Besar Ilmu Hukum FHUI, terhadap Marzuki Alie. Ia mengkritik usulan Marzukie Alie yang mendorong masyarakat untuk memaafkan para koruptor. Menurut Hikmahanto Juwana, Marzukie Alie tidak berpihak pada rakyat kelas bawah. Mengapa hanya koruptor yang diusulkan untuk dimaafkan? Mengapa maling ayam yang dipenjara -dengan hukuman yang biasanya lebih berat dari para koruptor- tidak diusulkan untuk dimaafkan? Apakah karena para koruptor itu memiliki status sosial yang tinggi?
Kritik Hikmahanto Juwana ini menunjukkan bahwa ketidakadilan sudah merasuk ke dalam diri para pemimpin bangsa Indonesia. Sebagai orang Kristen apakah yang harus kita lakukan dalam menghadapi kondisi ketidakadilan seperti ini? Mari menjaring hikmat dari Nyanyian Doa Salomo dalam Mazmur 72:1-4!

Pendalaman Teks Alkitab
·         Siapa yang menjadi sumber hukum dan keadilan? (Mazmur 72:1)
·         Apa yang harus dilakukan untuk menegakkan keadilan (Mazmur 72:2-4)
·         Hal konkret apakah yang akan Saudara lakukan untuk menegakkan keadilan di dalam kehidupan Saudara sehari-hari?

Renungan
Bagi bangsa-bangsa yang ada di sekitar Israel, raja adalah sumber hukum. Namun, nyanyian yang dinyanyikan Pemazmur ini menunjukkan bahwa Israel memiliki pandangan yang berbeda dengan bangsa-bangsa lainnya. Pemazmur menyerukan permohonan kepada Allah untuk mengaruniakan hukum kepada raja dan keadilan kepada putra raja. Pemazmur percaya bahwa Allah adalah sumber hukum dan keadilan bagi bangsanya.
Istilah hukum ini, berasal dari kata “misypat” dalam bahasa Ibrani. Kata “misypat” ini berasal dari kata kerja syphat yang sebenarnya memiliki makna yang lebih dalam. Kata syphat memiliki dua unsur utama. Pertama, kata ini mengandung titah untuk membela hak orang lemah. Biasanya, orang-orang yang lemah menjadi korban dari para penguasa. Orang Kristen dipanggil untuk membela hak-hak mereka yang tertindas. Apakah Saudara berani menentang orang-orang yang tidak adil di tempat Saudara tinggal atau bekerja? Apakah saudara berani menolak untuk berlaku tidak adil, misalnya dengan berani mengatakan tidak mau melakukan korupsi dan tidak mau menyogok?
Kedua, kata syphat  mengandung sebuah titah untuk menegakkan kebenaran agar damai sejahtera hadir bagi bangsa. Damai sejahtera yang utuh meliputi kedamaian lahir dan batin. Orang-orang yang sangat minim mendapatkan kedamaian adalah orang-orang miskin. Mereka menderita secara lahiriah karena mereka harus berjuang mati-matian agar dapat mendapatkan sedikit makanan. Misalnya saja, ada banyak pemulung yang harus bekerja siang malam untuk memilah sampah demi mendapatkan makanan. Mereka juga seringkali terluka secara rohani karena mereka sering diremehkan dan didiskriminasikan oleh masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, kita dipanggil untuk menghadirkan damai sejahtera di bumi. Apakah Saudara sudah menghadirkan damai sejahtera bagi orang yang tertindas? Selamat berlaku adil dalam menyaksikan terang Allah.

“Anak-anak Allah harus menyaksikan keadilan Allah agar kedamaian hadir di bumi. Kedamaian tanpa keadilan adalah hal yang mustahil”

Tidak ada komentar: