Selasa, 25 Oktober 2011

Belajar (Kembali) Membaca Alkitab




            Tema Mercusuar kali ini adalah Read, Pray, Love. Dalam sudut pandang kekristenan, saya menduga bahwa yang dimaksud dengan read adalah membaca Alkitab; pray adalah berdoa kepada Tuhan; dan love adalah mengasihi Tuhan dan sesama (bandingkan hukum kasih). Setiap orang Kristen pasti pernah membaca Alkitab, berdoa, dan mencinta.
Pada perenungan kali ini, saya akan menitik-beratkan pada sub-tema read. Semua orang dapat membaca Alkitab, namun penafsiran dan pemahaman para pembaca Alkitab terhadap Alkitab dapat berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dengan tepat dan bijaksana, namun ada juga yang menafsirkan dengan cara yang nyeleneh.
Kita pasti masih mengingat Adolf Hitler, yang menafsirkan Alkitab dengan cara yang nyeleneh. Alkitab digunakan untuk melegitimasi perasaan superioritas dari ras Aria. Belum lagi, penafsiran yang hurufiah terhadap kisah kejatuhan manusia ke dalam dosa kerap kali digunakan oleh sebagian pihak untuk menyudutkan kaum perempuan dan ular! Alih-alih membenarkan superioritas laki-laki, menurut mereka perempuan dianggap sebagai sumber dosa dan ular dianggap sebagai binatang menyeramkan titisan iblis.Sungguh menyedihkan karena Alkitab sebagai Firman Allah digunakan sebagai senjata untuk membenarkan superioritas pihak-pihak tertentu.
Oleh karena itu, pada perenungan kali ini, saya ingin mengajak para pembaca untuk belajar kembali bagaimana cara membaca Alkitab. Setidaknya perenungan ini sejalan dengan pemandangan umum BPMS GKI SW Jawa Barat yang mengajak para jemaat GKI untuk melakukan re-interpretating dan re-visioning dalam membaca Alkitab. Mari kita belajar bersama-sama dari Carlos Mesters mengenai bagaimana caranya membaca Alkitab!

Siapa itu Carlos Mesters?
            Carlos Mesters adalah seorang biarawan Karmelit yang lahir di Holland. Seorang. Laki-laki yang pernah mendalami ilmu tafsir terhadap Kitab Suci di Roma dan Yerusalem ini, memiliki keprihatinan terhadap pendidikan bagi komunitas basis (baca: gereja lokal). Ia memberikan kursus Alkitab bagi banyak orang awam.
Dari karya-karyanya kita dapat melihat bahwa ia membaca Alkitab dari sudut pandang orang miskin. Tentunya hal ini tidak dapat dilepaskan dari konteks kehidupan yang ia hadapi. Mesters terlibat dalam usaha-usaha penentangan terhadap politik Apartheid di Afrika Selatan. Ia sungguh menentang penindasan terhadap orang-orang kulit hitam yang dilakukan oleh orang-orang kulit putih. Mesters juga menulis buku yang berjudul God's Project. Buku ini ditulisnya untuk membangkitkan kesadaran jemaat akan adanya rezim Apartheid dan untuk membantu para pembaca dalam menghadapi Apartheid. Baginya, Allah yang kita imani adalah Allah yang berpihak pada orang yang miskin dan tertindas. Baginya, dengan membaca Alkitab, kita dapat melihat apa yangAllah mau untuk kita lakukan dalam kehidupan kita. Dengan demikian Alkitab tidak boleh digunakan untuk membenarkan apa yang kita mau dalam kehidupan kita. Membaca Alkitab itu bukan menghafal, bukan memberhalakan, bukan memaksakan pemikiran kita terhadap Alkitab!

Belajar (Kembali) Membaca Alkitab dari Carlos Mesters
Menurut Mesters, tujuan membaca Alkitab bukan hanya untuk MENGETAHUI Alkitab, melainkan untuk MENCARI dan MEMAHAMI kehendak Allah. Agar dapat mencapai tujuan itu, ada hal yang harus diperhatikan yakni cara pandang kita terhadap Alkitab, realitas, dan komunitas (baca: gereja). Apa pemahaman kita tentang Alkitab? Apa pemahaman kita tentang realitas? Apa pemahaman kita tentang komunitas?
Menurut Mesters, Alkitab harus dipahami sebagai kumpulan teks yang merupakan produk kesaksian iman dari orang-orang percaya yang hidup dalam tempat dan waktu tertentu. Tentu saja, para penulisnya diilhami oleh Allah saat menuliskannya. Oleh karena itu Alkitab adalah Firman Allah. Komunitas (baca: gereja) dipahami sebagai persekutuan orang percaya yang diterangi oleh Roh Kudus. Sementara itu, realitas adalah apa yang terjadi dalam kehidupan kita pada saat ini. Fakta-fakta dan sejarah kehidupan kita pada saat ini.
Memahami Alkitab tanpa melihat realitas hidup kita saat ini, sama seperti membuang garam dari makanan atau menaruh terang di bawah meja. Realitas sangat penting bagi kita untuk memahami Alkitab karena Alkitab bukanlah “buku” pertama yang Allah tulis bagi kita, “buku” pertama yang Allah tulis adalah kehidupan alam semesta yang Allah ciptakan melalui Firman-Nya. Oleh karena itu, Alkitab tidak dapat menggantikan “buku” yang pertama itu. Alkitab ditulis untuk menolong kita untuk memahami makna kehidupan yang kita jalani dan memahami apa kehendak Allah dalam kehidupan kita.
Kita adalah umat yang mengembara menuju pemenuhan Kerajaan Allah yang sudah hadir ini. Hanya dengan berjalan menyusuri arak-arakan perjalanan umat Tuhan, kita dapat mendulang makna dari Alkitab. Selamat mendulang makna dari Alkitab! Selamat menelisik kehendak Allah dalam kehidupan kita!
Yesie Irawan

Sumber:
Puleo, Mev. 1994. The struggle is one: voices and visions of liberation. New York: State University Press.
Bradstock, Andrew dan Rowland, Christopher (ed.). 2002. Radical Christian writings.Massachusetts: Blackwell Publishers.

Tidak ada komentar: