Selasa, 25 Oktober 2011

Kutemukan Wajah Allah dalam Dirinya


Ia ingin turun dari tempatnya berbaring sejak lima tahun terakhir, namun ia tidak bisa. Kakinya sudah tidak kuat menahan berat tubuhnya.
Ia ingin berdoa dengan mulutnya, namun ia tidak bisa. Nafasnya sudah tersangkut di lehernya.
Ia memandang wajahku dengan sisa-sisa kekuatannya, seakan kami tidak akan berjumpa lagi.

Aku terisak.

Ia menggelengkan kepalanya, seraya ingin berkata, "Hapuslah air matamu".
Ia ingin memeluk orang yang dikasihinya, namun ia tidak bisa. Tenaganya hampir habis untuk menahan rasa sakitnya.

Aku menggenggam jemarinya dan mencium keningnya.
Air mataku tetap menetes...
Dalam hatiku, aku sungguh mempertanyakan keberadaan Allah.
Di mana Allah saat anak-Nya menderita? 

Lima hari kemudian, Allah menjemputnya.
Air matanya menetes di helaan nafas terakhirnya, namun ia tersenyum.

Dalam sepi, aku mencoba mengilas balik dan menata ulang kepingan peristiwa yang tercerai berai itu dan aku menjadi malu.

Allah hadir dalam diri ia yang memandang wajahku dengan sisa-sisa kekuatannya.
Allah hadir dalam diri ia yang tak bisa mengucapkan sepatah katapun.
Allah hadir dalam diri ia yang memintaku untuk tegar.

Melalui ketegarannya, aku seperti melihat wajah Yesus yang mengatakan, "Jangan menangis Ibu!"

Tidak ada komentar: