Selasa, 25 Oktober 2011

Tanaman Merambat di Kampusku


      Kampusku sangat indah. Kampusku dipenuhi tanaman hijau yang cantik. Namun, ada satu tanaman menjalar yang sangat tidak terawat. Hanya pagarnya yang terlihat cantik karena dicat putih. Tanaman itu sudah berumur tiga tahun. Ia berulang tahun sekitar akhir bulan Agustus, sekitar 2 minggu setelah kematian seseorang di kampusku. Tanaman ini ditanam dengan cinta da penyesalan oleh civitas di kampusku. Saat penanamannya didendangkan lagu,Silence my soul….  Bisa dibilang, tanaman menjalar ini menjadi symbol yang membawa kita untuk mengenang peristiwa itu. ya, peristiwa yang terjadi pada tanggal 18 Agustus tahun 2006.
                Namun sayang, sepertinya symbol ini hanya berlaku untuk sementara saja. Orang-orang sudah mulai lupa akan peristiwa yang seharusnya sudah menjadi sejarah dan catatan hitam untuk kampusku. Bahkan, angkatanku saja, yang menjadi saksi kunci peristiwa itu dan menjadi tokoh pemelihara symbol itu tampaknya sudah perlahan-lahan melupakan symbol itu, symbol yang menjembatani kita untuk mengenang peristiwa itu.
                Semua orang sudah sibuk dengan aktivitasnya! Sibuk dengan urusan hidupnya! Semuanya sekarang melupakannya! Semuanya sibuk kembali dengan kesombongannya! Semuanya lupa dengan tamparan dari sebuah tangan raksasa yang mengingatkan kita akan kesombongan pribadi kita. Termasuk aku. Semua sudah lupa untuk merawat symbol yang bernyawa itu. Tidak ada peristiwa pengenangan dan penghadiran kembali peristiwa masa lampau itu. sedih memang! Padahal peristiwa itu melibatkan semua dimensi kehidupan. Baik itu dimensi dengan Allah, dengan sesama, dengan diri sendiri dan dengan alam.
                Bukan maksudku untuk menjadikan symbol sebagai sebuah benda keramat. Bukan juga maksudku untuk memberhalakan symbol. Akan tetapi, masih ingatkah kita akan peristiwa mendukakan hati itu? Adakah pelajaran baru yang kita petik setiap tahunnya ketika kita mengenang peristiwa itu? Adakah kepedulian kita terhadap keluarga yang memiliki hubungan terdekat dengan orang yang disimbolkan dengan tanaman menjalar itu?
                Aku melihat, bunga itu tak lagi menjalar…
                Bunga itu hampir mati…
                Hanya tinggal sisa-sisanya saja…
                Akankah sebentar lagi symbol itu dihancurkan dan dihilangkan karena dianggap merusak pemandangan?
                Masih pantaskah kita menyebutnya sebagai symbol? Ketika generasi penerus selanjutnya sudah tidak memahami makna symbol itu? Apakah symbol itu harus berhenti berbicara dan menjembatani kita dan peristiwa itu ketika angkatan kami lulus? Akankah ibadah pengenangan itu akan tetap dilaksanakan? Aku tidak tahu!

Tidak ada komentar: